Lihat ke Halaman Asli

Standar Hidup Layak atau Gaya Hidup

Diperbarui: 2 Mei 2019   13:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Standar kehidupan layak atau kebutuhan hidup layak yang dirasa kurang selalu disuarakan buruh/pekerja pada saat memperingati hari buruh yang jatuh pada setiap tanggal 1 Mei.

Kebutuhan hidup layak yang ditetapkan pemerintah saat ini melalui Peraturan Presiden No.78 tahun 2015 tentang Pengupahan sudah mencakup 60 komponen, mulai dari makanan & minuman (11 items), sandang (13 items), perumahan (26 items), pendidikan (2 item), kesehatan (5 items), transportasi (1 item) serta rekreasi dan tabungan (2 item). Selain itu penetapan upah minimum juga mengacu kepada nilai inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

Namun komponen kebutuhan hidup layak yang berjumlah 60 tersebut masih dirasa kurang dan tuntutan menambah komponen tersebut menjadi 84.

Pertanyaannya, apakah komponen kebutuhan hidup layak yang ditetapkan pemerintah tersebut kurang ataukah meningkatnya standar hidup layak?

Kalau jawaban terhadap komponen kebutuhan hidup layak tersebut memang masih kurang, maka hal tersebut harus dikaji dan direvisi kembali oleh pemerintah. Namun jika kurangnya komponen kebutuhan hidup layak didasarkan kepada standar hidup layak, maka jawabannya harus kembali kepada individu penerima upah tersebut, kebutuhan hidup seperti apa yang ingin dimiliki?

Pertanyaan selanjutnya, mengapa buruh yang bekerja di kota lebih sering melakukan demo atau protes terhadap kebijakan pengupahan sedangkan buruh perkebunan yang notabene pekerjaannya lebih berat tidak?

Rata-rata buruh, baik yang bekerja di sekitar perkotaan maupun buruh yang bekerja di lingkungan perkebunan merupakan suami istri yang bekerja.

Berdasarkan pengalaman, buruh yang bekerja di sektor perkebunan (kelapa sawit), dengan gaji yang sesuai dengan UMP mampu membangun rumah yang layak di kampungnya dan mempunyai tabungan yang cukup. Bahkan dalam cutinya, mampu membiayai perjalan pulang pergi dengan menggunakan transportasi pesawat.

Sedangkan buruh yang bekerja di sekitar perkotaan selalu mengeluhkan kekurangan untuk mencukupi kebutuhan hidup layak.

Tanpa ingin mencela, mungkin hal ini sebenarnya lebih berkaitan dengan gaya hidup yang dijalani oleh si pekerja itu sendiri.

Sesuai konsep hedonic treadmill, konsep yang diperkenalkan oleh dua orang ilmuwan bernama Philip Brickmann dan Donald Campbell yang intinya bagaimana seseorang ternyata cenderung kembali pada standar kebahagiaan hidup yang sebelumnya atau terus menerus merasa kurang.

Hanya kita sendiri yang mampu untuk menjawabnya....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline