Masih terbayang air muka dan ekspresi ayahku saat mulai tahu kalau aku, anaknya ini mulai merokok saat masih duduk di bangku kuliah. Tentunya dengan raut wajah yang sedih. Entahlah sedihnya karena beliau tahu merokok itu tidak baik untuk kesehatan anaknya, ataukah sedih karena biaya hidup yang beliau kirimkan kepada anaknya ini sebagian disisihkan untuk membeli rokok. Tapi aku yakin salah-satu di antaranya benar.
Ayahku bukanlah seorang ustadz, tapi aku tahu beliau adalah muslim yang taat. Shalat subuh dan maghribnya beliau habiskan di masjid. Beliau tahu dengan pasti, mana perbuatan benar dan mana perbuatan salah. Saat masih menjadi mahasiswa dan tahu kalau aku merokok, beliau hanya menyarankan untuk berhenti merokok. Tapi setelah aku bekerja dan punya penghasilan sendiri, ayahku mengatakan kepadaku untuk mengurangi mengisap rokok, menjauhi zina, tidak mengkonsumsi narkoba, dan tidak meminum minuman keras.
Hari ini aku ingin membuat pengakuan, pengakuan tentang hal yang kulanggar dari apa yang ayahku tidak inginkan. Aku telah bersetubuh dengan Martini.
Beberapa waktu yang lalu aku menunjungi sebuah kafe di daerah Menteng. Dari luar kafe saya disuguhkan dengan keindahan taman yang tertata dengan kesan Eropa. Memang nama kafe itu diambil dari salah satu tempat di benua Eropa. Setelah aku masuk ke dalam kafe tersebut, suasana menjadi sangat berubah. Ruangan yang luas dan dipenuhi lampu tapi tetap saja terlihat gelap. Aku duduk di salah satu pojok dari ruangan itu. Tak lama duduk, aku didatangi oleh salah satuwaitressuntuk diberi daftar menu. Tak cukup lama memperhatikan daftar menu yang seabrek, aku memesan secangkir kopi dengan nama yang aneh. Karena anehnya, aku sudah lupa nama kopi tersebut. Sebelum beranjak,waitressyang tadi berbisik bahwa menu kopi jenis ini dicampurkan dengan Martini. Saat itu, aku menebak-nebak dalam hati bahwa Martini adalah jenis rempah-rempah. Mungkin saja rasanya pedas sehingga sebelumnya waitress tersebut menginformasikan terlebih dahulu. Tapi rasa penasaranku lebih besar dari sekedar keingintahuanku terlebih dahulu saat itu.
Aku menyeruput kopi tersebut sambil mendengarkan lagu jazz yang belum pernah aku dengan sebelumnya. Tidak berselang lama, aku merasa ada yang lain dengan pandanganku. Aku tak bisa menjelaskan kapan letak kepalaku belum pusing dan sudah pusing. Ada perasaan ngantuk yang tiba-tiba datang. Tidak menghabiskan secangkir kopi tersebut, aku segera beranjak. Aku khawatir tertidur di kafe tersebut dan membayar tax yang terlalu banyak.
Se-sampai di rumah, aku mencari tahu Martini lewat internet. Betapa kagetnya aku setelah tahu kalau Martini adalah salah-satu jenis minuman beralkohol yang memabukkan. Aku merasa berdosa, dalam tubuhku mengalir minuman yang diharamkan dalam agamaku. Aku kemudian tertunduk lalu mengingat pesan dari ayahku. Dalam hatiku kemudian aku berkata "Ayah, maafkan aku telah bersetubuh dengan Martini".
Sumber Gambar : http://baby-sharyn.deviantart.com/art/The-Martini-Fairy-5566229
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H