Menonton Film 'Jokowi Adalah Kita' yang tayang di bioskop kemarin (Kamis, 20 Nopember 2014), memang sengaja saya jadwalkan sejak jauh hari sebelumnya. Saya menonton film yang bercerita tentang Presiden RI ke-7 tersebut di bioskop Hollywood XXI Kompleks Hotel kartika Chandra GatSu Jakarta Selatan. Saat menonton film ini, hanya ada lima orang termasuk saya yang ada dalam studio tersebut. Bisa dibayangkan betapa sepinya hanya berlima dalam bioskop selama sejam lebih.
Film 'Jokowi Adalah kita' bercerita tentang perjalanan Joko Widodo sebagai gubernur sampai akhirnya terpilih sebagai presiden. Awal cerita berlatar di Taman Kota Waduk Pluit sebagai tempat senam, berfoto, dan wisata taman dari anak kecil sampai orang tua yang menggunakan kursi roda. Ya, memang film ini menceritakan tentang terobosan-terobosan serta metode 'blusukan' yang dilakukan oleh Jokowi untuk membenahi waduk pluit dan pasar Tanah Abang serta masalah multi-sektoral di Provinsi DKI Jakarta. Selain bercerita tentang tugasnya sebagai gubernur, diceritakan juga tentang keharmonisan keluarga Jokowi bersama istrinya Ibu Iriana, tiga orang anaknya, serta ibu kandung beliau. Beberapa plot cerita juga menampilkan pola komunikasi antara Jokowi dan Ahok yang dalam film tersebut tampil dengan gaya yang berapi-api.
Hari ini saya membaca beberapa portal berita yang mengabarkan bahwa penayangan film ini dihentikan sementara oleh produsernya. Memang menurut saya moment tayang film ini sangat tidak tepat. Film ini ditayangkan saat kondisi politik negara tidak dalam keadaan yang kondusif. Di mana kebijakan pemerintah dibawah pimpinan bapak Joko Widodo yang menaikkan harga BBM per-tanggal 18 Nopember 2014 masih menuia kecaman dari masyarakat Indonesia. Demonstrasi mahasiswa menolak kenaikan harga BBM masih terjadi sampai saat ini.
Bisa jadi juga pembacaan produser film tersebut sebagai media pencitraan. Mungkin saja mereka menganggap bahwa dengan ditayangkannya film ini minimal mampu meredakan rasa kecewa masyarakat atas keputusan Presiden untuk menaikkan harga BBM. Jika memang hal tersebut benar, maka pembacaan tersebut merupakan pembacaan yang meleset. Terbukti saat menonton film Jokowi Adalah Kita, Kita hanya berlima.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H