Lihat ke Halaman Asli

Zamin Zatua

Fotografi dan videografi

Pertempuran Tanah Tinggi Jakarta Tahun 1945

Diperbarui: 5 Januari 2022   08:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pada tanggal 17 Agustus 1945, tepat jam 10.00 dari Pegangsaan Timur 56 Jakarta, berkumandanglah pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Negara kita. Bumi dan rakyat Indonesia telah bebas merdeka.................... , Negara Repebulik Indonesia telah tumbuh dan mulai berkembang dalam gelanggang dunia. Merdeka..... Merdeka..... , ucapan -- ucapan itu dengan gagap gempita mengema di seluruh kota Jakarta, kemudian detik demi detik, menit demi menit, jam demi jam menjalar, memenuhi bumi Indonesia.

Kita telah merdeka, merdeka bukan hadiah dari Jepang, tetapi merdeka yang direbut dari Jepang sebagai perwujudan dari gejolak hati dan semangat untuk hidup bebas yang tidak dapat dibendung lagi karena telah sekian lama hidup mederita, ditindas oleh bangsa -- bangsa lain. Kita telah merdeka dan kemerdekaan itu harus dipertahankan, jangan sampai kemerdekaan itu dirampas kembali oleh bangsa lain.

Pecahnya revolusi di Jakarta, menyebabkan pemuda -- pemuda di Jakarta bersatu, .......... golongan ........... tingkatan tidak lagi mengikatnya, tidak ada lagi perbedaan yang memisahkan mereka, semuanya bersatu padu menghimpun satu kekuatan besar untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan timbul menimpa Negara Republik Indonesia.

Pemuda -- Pemuda Tanah Tinggi ada yang masuk API, BKR, KRIS, HIZBULLAH, Barisan Banteng, PESINDO dan sebagainya, memang mereka terbagi atas kelompok -- kelompok perjuangan, tetapi dalam pelaksanaan perlawanan dan pembelaan daerahnya pemuda -- pemuda tersebut seolah -- olah terikat dalam satu ikatan, dalam satu nada mati atau hidup membela daerahnya yang menjadi daerah Negara Republik Indonesia dari segala musibah yang ditimbulkan keangkaramurkaan bangsa lain yang akan menguasainya.

Yang dianggap sebagai pimpinan di daerah Tanah Tinggi oleh para pemuda tersebut ialah Imam Syafe'i yang dibantu oleh para pemuda wakil dari kelompok -- kelompok perjuangan yang ada di daerah tadi. Mengenai pribadi Imam Syafe'i dapat dijelaskan bahwa ia adalah pemuda yang berjiwa militant dan sejak permulaan Revolusi '45 ia selalu membina para pemuda Tanah Tinggi, dari sekian banyak pemuda yang dibinanya itu ada yang menyatakan turut dalam Barisan Khusus atau Barisan Berani Mati yang dibentuknya. 

Dalam pembinaanya selalu ditekankan bahwa senjata yang paling ampuh untuk menangnya perjuangan ialah kerelaan berkorban, lebih dahulu mengutamakan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi, sanggup menderita dan ikhlas mengorbankan segala harta benda bahkan jika untuk keberhasilan perjuangan dan memiliki satu tekad hidup atau mati untuk perjuangan yang suci yaitu membela Bangsa dan Negara Republik Indonesia.

Setelah setiap pemuda Tanah Tinggi memiliki senjata yang ampuh, berulah diusahakan memperlengkapi mereka dengan senjata -- senjata sarana perang badanyah yang kebanyakan berupa senjata -- senjata tradisional, seperti golok, pedang, tombak, panah, keris dan lain -- lain yang sejenis. Karena senjata -- senjata tersebut dirasakan sangat kurang daya kemampuannya untuk menghadapi senjata -- senjata mutakhir musuh, diusahakanlah untuk merebut senjata -- senjata api, yang tidak hanya tertuju kepada senjata -- senjata api milik serdadu -- serdadu Jepang saja akan tetapi juga milik tantara Inggris dan Nica.

Baik serdadu -- serdadu Jepang, maupun serdadu -- serdadu Belanda dan Inggris yang telah banyak berdatangan ke Jakarta dengan maksud untuk mengembalikan kekuasaan penjajah Belanda, perhatiannya selalu tertuju kepada aktivitas pemuda -- pemuda Tanah Tinggi dan mengincarnya dimana mereka lengah untuk digempur dan dihancurkan, karenanya insiden -- insiden bersenjata selalu terjadi di daerah sekitar Tanah Tinggi ini.

Dalam melancarkan aksi perlawanan terhadap musuh, Imam Syafe'i melancarkan dua siasat, yaitu siasat : 1. Psy war, melakukan perang urat syaraf baik secara menggiatkan propaganda maupun dengan mengadu dombakan lawan agar timbul kelengahan -- kelengahan di antara mereka. 2. Serangan langsung, baik frontal kalau musuh mendatangangi daerah Tanah Tinggi, maupun sabotase ataupun secara menculik musuh kalau dilakukan penyerangan -- penyerangan terhadap mereka. Sabotase dan penculikan -- penculikan lazimnya dilancarkan pada malam hari.

Penghadangan -- penghadangan terhadap musuh sering dilakukan di sekitar Senen dan Pos Grand, dan untuk menghadapi taktik gerilya di kedua daerah tersebut, baik serdadu -- serdadu Jepang -- Inggris maupun Belanda benar -- benar kewalahan. Korban dipihak musuh berjatuhan, senjata banyak yang terampas sedangkan pelaku -- pelakunya tidak pernah terdapat. Taktik inilah taktik gerilya yang dijalankan anak buah Imam Syafe'i.

Untuk menumpas kegiatan -- kegiatan pemuda Tanah Tinggi, Belanda dan Inggris mengadakan aksi bersama, mereka mengerahkan segala unsur kekuatannya untuk menggempur Tanah Tinggi. Pada tanggal 28 November 1945 serdadu -- serdadu Belanda ( AMACAB -- NICA ) melancarkan serangan ke Tanah Tinggi. Pertempuran segara berlangsung dan karena hebatnya terus menjalar ke Kramat dan Senen. Semua pemuda pejuang yang ada di daerah sekitarnya membantu. BKR -- API -- KRIS dan laskar -- laskar perjuangan dari daerah lain berdatangan membantu saudara -- saudaranya yang sedang bertempur mati -- matian melawan musuh. Serdadu -- serdadu Belanda menunjukan kebuasannya karena kekejaman membunuhnya tidak hanya tertuju kepada para pejuang saja, melainkan rakyat yang tidak mampu bertempurpun menjadi intaian peluru maut musuh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline