Lihat ke Halaman Asli

Zamin Zatua

Fotografi dan videografi

Sejarah Asia Tenggara Masa Hindu-Budha

Diperbarui: 15 Juni 2021   16:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

KAWASAN DAN PENDUDUKNYA

Semenanjung Indochina dan Nusantara merupakan wilayah -- wilayah tropical yang diembusi angin -- angin musim. Dari tahun ke tahun memang terjadi perubahan -- perubahan yang dapat menimbulkan bencana untuk persawahan yang merupakn satu -- satunya cara yang menjamin penyediaan serelia secara berlimpah. Tetapi biasanya silih berganti musim kemarau dan musim hujanlah yang menentukan kehidupan penduduk setempat, dan silih berganti angin -- angin utamalah yang menentukan arah pelayaran kapal -- kapal. Melihat letak Burma, Semenanjung Tanah Melayu, dan Pulau Sumatra, maka India Belakang sisi baratnya menghadap ke lautan India, Mengenai Lautan India, Sylvian Levi menulis, " daur arus dan daur angin berkala yang menentukan pelayaran sudah cukup lama menopang suatu sistem niaga antara pesisir Afrika, Semenanjung Arab, Teluk Persia, India, Indochina dan dibelakangnya negeri China, yang masing -- masing tidak henti -- hentinya memberi sumbangan dan menerima bagiannya. "

Disebrang perintang alamiah yang terdiri dari Semenanjung Tanah Melayu dan pulau -- pulau perpanjangannya, terdapat yang boleh disebut suatu Lautan Tengah yang sesungguhnya, yang terbentuk oleh Laut China, Teluk Thailand, dan Laut Jawa. Sekalipun ditembsi angin taufan dan dihambat gosong dan karang, lautan yang hampir tertutup ini dari dahulu lebih merupkan penghubun antara penduduk pantai -- pantainya dari pada memiliki kapal -- kapal masing -- masing. Meskipun asal -- usul mereka, yang sudah jauh di masa lampau itu, mungkin sekali sangat beranekaragam, namun berkat hubungan yang terus -menerus mereka telah mengembangkan suatu kesatuan kebudayaan yang akan dibahas nanti. Kebudayaan pra Hindu -- Budh aitu telah berkembang di dekat laut, di lembah dan delta sungai -- sungai besar: Sungai Mekong, Menam, Irrwaddy, dan Salween, di dataran rendah Jawa, dan di daerah aliran sungai yang hulunya deka pantai seperti di Vietnam, di Semenanjung Tanah Melayu, dan di Sumatra, yang kurang layak dilayari tetapi baik sekai untuk pengairan. " Di sana ", tulis Jules Sion ( 1928-9, II, hlm. 513 ), " orang yang beradab pada pokoknya hanya orang dataran rendah; tanah -- tanah berbukit, yang tidak selalu miskin, mereka biarkan kepada orang pribumi, padahal mereka sendiri sudah lama sekali mempunyai sarana untuk mengelolahnya berkat berbagai jenis jawawut, berbagai jenis padi, dan ternak yang mereka miliki. " 

Mundurnya orang pribumi dan orang yang kurang beradab ke wilayah pegunungan mestinya suatu gejala yang sudah berlangsung lama sekali; gerak ini berlanjut dari abad kea bad dan agaknya terutama terasa pada masa indianisasi. Hali itu banyak menerangkan startigrafi etnis dari kawasan India Belakang. Pegunungan masih tetap merupakan wilayah penduduk, yang kadang -- kadang hidup berpindah -- pindah, yang berburu, meramu, berladang dengan tebang bakar.

Sudah dari zaman dahulu kala penduduk India Belakang terdiri dari unsur -- unsur yang yang beraneka warna; ada yang dikelompokan dengan kelompok orang Negrito dan kelompok orang Vedda, ada dengan kelompok orang Australoid dan Papua -- Melanesia, ada pula akhirnya dengan kelompok orang Austronesia. Kesimpulan yang palin jelas yang dapat ditarik ialah bahwa penduduk asli Indochina dan Nusantara ada hubungan dengan mereka yang kini masih menghuni kepulauan -- kepulauan di Lautan Pasifik, dan bahwa unsur Mongolian sangat baru. Lagi pula yang penting di sini bukanlah ras tetapi jenis kebudayaan. Penduduk kuno itu telah meninggalkan alat -- alat dari batu, tulang, dan logam, pecahan tembikar, barang -- barang dari kaca, dan megalit di beberapa daerah. Kronologi benda -- benda kuno itu sama sekali belum tersusun secara memuaskan. Bukan hanya sulit ditentukan jamannya secara mutlak, akan tetapi urutan munculnya berbagai tipe peralatan tidak selalu dikenal dengan tepat. Kenyataan bahwa batu yang diupam sering ditemukan bersama dengan benda -- benda dari besi, merupakan bukti bahwa prasejarah di sini berlanjut jauh dari lebih lama dari pada di Eropa. Maka dapat dikatakan dengan tidak terlalu berlebih -- lebihan bahwa dalam abad -- abad akhir sebelum Tarikh Masehi, ketika pengaruh peradaban -- peradaban beraksara dari China dan India jaman Aryan mulai kuat menembus, penduduk India Belakang di bawah pengaruh tetangga -- tetangganya baru  saja mulai bisa memakai logam -- logam.

Industri Paleolitik menurut arti istilah itu dalam prasejarah Eropa, di Bruma diwakili " Anyathian kuno ", yang dicirikan oleh batu sungai yang dibentuk menjadi iris. Contoh -- contoh serupa juga ditemukan di Thailand ( Fing Noi ) dan di dataran tinggi Laos ( Phou Loi ). Industry itu agaknya dihasilkan oleh orang Proto -- Australia yang juga telah meninggakan jejak -- jejak industry tipe " Chellean " di Jawa.

Masa berikutnya yang dicirikan oleh adanya peralatan dari batu yang dipangkas, sementara tembikar hampir sama sekali tidak ada, telah meninggalkan bekasnya di Tongking ( wilayah Hoa Binh ) dan dibagian utara Vietnam di Laos ( Luang Prabang ), di Thailand ( Chiang Rai, Lopburi, Ratburi ) dan di Semenanjung Tanah Melayu ( Gua Kerbau, Perak ). Di pantai timu Sumatra, kapak yang hanya satu mukanya diasah, rupanya berasal dari masa yang sama. Sejumlah peneliti memberi sebutan " Mesolitik " kepada peradaban yang lazimnya dinamakan " peradaban Hoabinhian " itu.

Dibeberapa situs, batu yang dipangkas tercampur dengan alat -- alat tajam yang diupam, suatu ciri khas dari industri " Bacsonian " ( yang ditemukan di daerah peguungan Bac Son, Tongking ), dengan sedikit tembikar pola anyaman dan dengan alat -- alat dari tulang. Dari sisa -- sisa kerangka manusia yang ditemukan dalam situs -- situs, peradaban Hoabinhian dan peradaban Bacsonian, ada yang menunjukan ciri -- ciri mendekatnya dengan ras -- ras Australia dan Papua -- Melanesia, ada pula yang bertipe Austronesia yang sudah memperlihatkan beberapa ciri Mongoloid yang bakal makin lama makin menonjol. Sebaliknya, sisa -- sisa kerangka yang ditemukan bersama dengan suatu industry yang ditandai oleh berlimpahnya pecahan gerabah serta mikrolit dan yang sudah terbukti adanya di Sumatra, Jawa, Borneo, dan Sulawesi, rupanya berasal dari orang Negrito dan Veddoid.

Akhirnya masih ada satu bentuk kebudayaan Paleolitik atau Mesolitik Atas, yang dicirikan oleh peralatan dari tulang dan yang sudah terbukti adanya di Indochina, Thailand, Semenanjung Tanah Melayu, dan dari Sumatra sampai Jepun, termasuk Jawa, Sulawesi, Borneo, Filipina, Taiwan, dan Kepulauan Ryukyu. Bentuk kebudayaan itu barangkali ada hubungannya dengan perpindahan atau terebarnya suatu ras yang belum dikenal. Industri Neolitik yang bekas -- bekasnya ditemukan hampir di mana -- mana di Timur Jauh,, mungkin saja diperkenalkan Sebagian oleh pendatang baru, mungkin sekali oleh kelompok orang Austronesia yang kini merupakan bagian terbesar penduduk India Belakang. Peradaban Neolitik, yang kaya akan tembikar bergambar yang kadangkala mengingatkan motif -- motif dari peradaban China kuno dan dari Barat, tidak hilang ketika logam -- logam diperkenalkan: jiwanya boleh saja dikatakan masih tetap hidup dalam beberapa kelompok terbelakang di wilayah pegunungan dan di pedalaman.

Pada masa Neolitik, di wilayah geografis yang dibahas di sini, bagian utaranya terpisah dari bagian selatan. Perpisahan ini barangkali disebabkan oleh perpindahan terawal kelompok -- kelompok  etnis Mongolian atau Indochina Tengah, China Selatan, dan India Timur Laut, secara umum terdapat kapak yang gagangnya berpunting, alat khas dari masyarakat yang berbicara bahasa -- bahasa dari rumpun Austro -- Asuatik, sedangkan wilayah -- wilayah yang bahasanya dari rumpun -- rumpun Austronesia, yang letaknya di bagian selatan, boleh dikatakan hanya mengenal kapak yang penampang matanya berbentuk segitiga atau setengah lingkaran

Melihat peralatan yang ditemukan bersama megalit, maka megalit yang tersebar di seluruh India Belakang itu sudah termasuk jaman logam, artinya jaman Protosejarah. Situs -- situs yang paling kuno, yang hanya menunjukkan perunggu tanpa menunjukan besi, adalah dolmen di bagian timur Jawa, yang kemudian bekembang untuk melahirkan sarkofagus di Bali. Enth dolmen, atau kuburan ( Jawa Tengah, Sumatra Selatan, Perak ), tempayan monolit ( Dataran Tinggi Laos ), ataupun menhir ( Dataran Tinggi Laos, Semenanjung Tanah Melayu, Sumatra, Jawa ), semuanya monument berkaitan dengan kematian, dengan pemujaan leluhur dan pemimpin -- pemimpin yang sudah meninggal dunia. Hasil pengamatan ini telah menimbulkan teori -- teori yang paling berani.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline