Lihat ke Halaman Asli

Ikhsan Kamaluzaman

Penerjemah Bahasa Arab

Sejatinya perjalanan kereta selalu memberikan pelajaran hidup

Diperbarui: 15 November 2024   17:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Mahasiswa rantau biasanya suka dilema untuk memilih pesawat atau kereta. Naik pesawat itu enak, cepat, dan nyaman, tapi mahal. Naik kereta itu murah, tapi sempit dan lama.

Ya sudah semestinya memang kalau kita mendapatkan 1 hal maka kita harus mengorbankan lainnya.

Kalau saya ditanya, ya tentu jawaban saya kereta. Karena selain kereta itu murah, saya selalu mendapatkan banyak kenalan dan cerita unik yang mungkin bisa saya ceritakan kepada anak anak saya. Lah masih lama ya? Yawes, anak didik saya.

Tepat hari ini sudah 10 orang yang meminta no hp saya untuk berbagai macam hal. Terkadang ada yang mau curhat, kadang sekedar ingin bertanya kabar, ataupun hanya untuk sekedar menambah kontak untuk berjualan online.

Dari 10 orang itu paling tidak setengah dari mereka banyak berbuat ihsan kepada saya, ada yang membelikan saya nasi, air mineral, teh, bahkan ada yang menawarkan saya untuk bersilaturahmi kerumahnya, mau dijadiin mantu kali ya? Lah kepedean banget.

Perjalanan 16 jam pun terasa singkat jika pembicaran terus mengalir dan bisa saling mengisi satu sama lain. Tanpa mengetahui latar belakang masing masing, semuanya saling bercerita pengalamannya. Saya berkenalan dengan manager Arema, Chef Hotel Bintang 5, Istri Jendral TNI, Mahasiswa ITS, UNNES, UNS, UI, UGM, dan banyak lagi.

Hal yang paling membahagiakan adalah ketika sebagian dari mereka mengatakan sebelum pamit "Senang berkenalan dengan anda". Sebuah kalimat yang memotivasi diri ini untuk tidak malu berkenalan dengan siapapun, dengan latar belakang apapun.

Disela pembicaraan bersama mereka, saya pun bisa berdakwah. Tentu dakwah disini bukan dakwah artian sempit, dakwah disini mencakup arti lebih luas. Dakwah yang selalu saya selipkan di cerita saya adalah dakwah sosial.

Karena dakwah sosial tidak pernah membuat lawan bicara saya merasa tersinggung bahkan merasa digurui. Dakwah sosial saya adalah bagaimana saya menyampaikan cerita tentang bagaimana mendekati psikologi anak, bagaimana pengaruh sikap mereka terhadap anak.

Pengalaman saya memperhatikan teman teman saya yang kurang semangat dalam belajar, saya selalu menemukan kurangnya peran orang tua dalam berinteraksi dan mendengarkan mereka.

Saya sebagai anak yang dididik dengan baik dan penuh kasih sayang, tentunya ingin sekali anak seumuran saya bisa diberikan kasih sayang yang sama. Dan keinginan mereka didengarkan. Agar bisa menjadi lebih optimis, lebih semangat, dan lebih baik dari sebelumnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline