Sektor pendidikan di Indonesia memasuki kondisi darurat pendidikan semenjak masuknya virus Covid-19 pada Maret 2020 lalu. Hal ini tentu menyebabkan banyak hal yang perlu disesuaikan demi tetap berjalannya kegiatan belajar mengajar di setiap satuan pendidikan.
Penyesuaian yang dilakukan yaitu beralihnya kegiatan pembelajaran secara tatap muka atau luring menjadi kegiatan pembelajaran jarak jauh atau daring.
Peralihan ini tentu tidak serta-merta dapat dijalankan karena tidak seluruh siswa di Indonesia memiliki fasilitas yang sama untuk melanjutkan pembelajaran secara virtual, terutama siswa yang bersekolah di daerah yang tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI mengatakan peningkatan pendidikan di daerah 3T akan menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan provinsi.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Kemendikbud RI adalah dengan meluncurkan program Kampus Mengajar Angkatan 1 pada 9 Februari 2021 yang mengikutsertakan 15.000 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi untuk membantu sekolah yang terdampak pandemi khususnya yang berada di daerah 3T.
Program ini bertujuan untuk membantu para siswa dalam penguatan pembelajaran literasi dan numerasi serta membantu sekolah dalam pengadaptasian teknologi dan administrasi sekolah di masa pandemi ini.
Melalui program ini, Zalva Fajhira Shabrina Putri yang merupakan salah satu mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia dan salah satu peserta Kampus Mengajar Angkatan 1 diberikan kesempatan untuk mengabdi dan berkontribusi secara langsung di salah satu sekolah dasar di Kabupaten Bandung Barat, SD Negeri 03 Kertajaya yang terletak di Jln U.Suryadi No. 39, Kertajaya, Kec. Padalarang, Kab. Bandung Barat Prov. Jawa Barat selama 12 minggu mulai dari 22 Maret 2021 hingga 25 Juni 2021. Penerjunan ini dilakukan untuk menghadapi situasi darurat pendidikan agar peralihan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan pandemi tidak lagi menjadi penghalang dalam menjunjung pendidikan.
Sulitnya akses internet dan kurangnya gawai yang memadai menuntut mahasiswa bersangkutan untuk mencari cara lain dalam menjalankan pembelajaran di SDN 03 Kertajaya pada masa pandemi ini.
Hal ini mengharuskan adanya penerapan secara bergantian pembelajaran melalui media sosial seperti Whats App dan program door to door yang dibagi ke dalam dua kelompok kecil agar protokol kesehatan tetap terlaksana dengan baik.
Pembelajaran door to door dilaksanakan kurang lebih 2 jam untuk setiap kelompoknya sedangkan pembelajaran melalui Whats App dilaksanakan dengan waktu yang lebih fleksibel pengerjaan dan pengumpulan pekerjaannya.
Upaya peningkatan literasi dan numerasi melalui pembelajaran door to door dilakukan secara variatif dengan mengusung kombinasi metode pembelajaran Problem-Based Learning dan Project-Based Learning.