Lihat ke Halaman Asli

hafsah zalfa Rafifah

mahasiswa ( 23107030096 ) ilmu komunikasi UIN Sunan Kalijaga

Pasar Papringan: Wisata Budaya dan Kuliner di Rumpun Bambu

Diperbarui: 20 Juni 2024   22:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  Dokumentasi pribadi suasana pasar Papringan

Pada suatu pagi Minggu Wage, saya berkesempatan mengunjungi Pasar Papringan yang terletak di Dusun Ngadiprono, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kedu, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Pasar unik ini tidak hanya menyajikan suasana pasar tradisional Jawa tempo dulu, tetapi juga memberikan pengalaman berbelanja yang ramah lingkungan. 

Setibanya di sana, saya segera menukarkan uang saya dengan kepingan bambu yang disebut "pring," yang digunakan sebagai alat pembayaran. Satu keping pring setara dengan 2.000 rupiah, dan saya menukarkan sejumlah uang untuk siap berbelanja di pasar yang luasnya mencapai 2.500 meter persegi ini.

 sumber gambar dokumentasi pribadi mata uang pring

Pesona Pasar Papringan: Kembali ke Masa Lampau 

Pasar Papringan tidak hanya menawarkan kuliner lezat, tetapi juga pengalaman kembali ke masa lalu. Kawasan ini dirancang mengikuti konsep pasar Jawa zaman dahulu, mulai dari lokasi, mata uang, hingga seragam penjual yang memakai kain lurik.

Pengelola pasar, yang terdiri dari pemuda Dusun Ngadiprono yang tergabung dalam Komunitas Mata Air dan Komunitas Spedagi, bekerja sama untuk mengubah lahan kebun bambu yang dulunya area pembuangan sampah menjadi pasar yang layak dan nyaman.

Pasar ini digelar setiap Minggu Wage dan Minggu Pon dalam penanggalan Jawa, sehingga pengunjung perlu memeriksa jadwal agar tidak kecewa. Jam operasionalnya mulai pukul 6 pagi hingga 12 siang, dan pengunjung dari berbagai daerah, termasuk Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Semarang, dan Magelang, sering kali datang untuk merasakan sensasi pasar tradisional ini.

Kuliner Tradisional dengan Penyajian Unik 

Pasar Papringan menawarkan beragam kuliner tradisional Jawa dengan penyajian yang unik dan autentik. Saya langsung menuju ke pedagang soto ayam kampung yang terlihat segar dan lezat. Soto di sini disajikan dalam tempurung kelapa, bukan mangkuk seperti biasanya, memberikan nuansa tradisional yang kental.

Setelah menikmati soto ayam kampung, saya mencoba minuman khas daerah Temanggung, yaitu dawet ayu. Dawet ayu merupakan minuman yang terbuat dari cendol, nangka, dan cincau yang disajikan dengan perpaduan gula merah dan air santan. Kesegaran dan kelezatan minuman ini benar-benar pas di lidah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline