Pembubaran pengajian Ustadz Riza Basalamah di Masjid Asalam Surabaya, Jawa Timur, menarik perhatian publik setelah terjadi nya kericuhan antara anggota Banser dan sebagian jemaah pengajian. Insiden ini menciptakan ketegangan di wilayah Gunung Anyar, Surabaya. Berikut ini adalah tinjauan lengkap mengenai kronologi peristiwa tersebut.Pengajian Ustadz Riza Basalamah di Masjid Asalam telah berlangsung sebanyak lima kali tanpa adanya masalah sebelumnya. Namun, malam keenamnya menjadi berbeda. Sebelumnya, panitia pengajian menerima surat keberatan dari anggota Banser, yang menyatakan tidak adanya persetujuan terhadap pengajian Ustadz Riza Basalamah di masjid tersebut.
Isi di dalam surat tersebut mencakup tudingan bahwa pengajian tersebut dapat memecah belah umat dan mengandung ujaran kebencian. Panitia masjid merespons dengan bijaksana, mengundang perwakilan dari Kapolsek, NU, Banser, dan tokoh ulama untuk melakukan musyawarah. Hasilnya, mereka sepakat untuk menunda atau membatalkan pengajian tersebut sesuai dengan permintaan Banser.
Meskipun pengajian telah dijadwalkan dibatalkan, sebagian jemaah masih tetap datang tanpa mengetahui ketetapan perubahan tersebut. Hal ini memicu ketegangan ketika anggota Banser merasa masjid tidak mematuhi komitmen untuk membatalkan acara. Sejumlah anggota Banser dan Gerakan Pemuda Gunung Anyar memaksakan untuk masuk ke masjid, hal tersebut menciptakan kerumunan dan kericuhan.
Petugas kepolisian, bersama dengan GP Ansor, segera meredam situasi dan menolak keras pengajian Ustadz Riza Basalamah yang dianggap provokatif. Dalam pernyataan resmi, GP Ansor Kecamatan Gunung Anyar menegaskan penolakan terhadap segala bentuk provokasi, ujaran kebencian, dan upaya merusak keharmonisan wilayah.
Ustadz Riza Basalamah dengan tulus menyampaikan permintaan maaf yang mendalam melalui platform media sosialnya sebagai bentuk tanggung jawab atas ketidaknyamanan yang terjadi di Masjid Asalam. Dalam penjelasannya, beliau dengan tegas mengungkapkan bahwa acara pengajian yang semestinya berlangsung telah diambil kesepakatan untuk dibatalkan. Ustadz Riza Basalamah pun merasa prihatin terhadap situasi tersebut dan berharap dengan tulus agar langkah jemaah yang telah bersiap-siap untuk menuju rumah Allah tidak merasa bahwa persiapan mereka telah sia-sia.
Dalam pesannya, beliau menyoroti betapa pentingnya menjaga kenyamanan dan ketertiban dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan, serta mengakui adanya ketidaksempurnaan dan kesalahan yang mungkin terjadi. Dengan penuh keikhlasan, Ustadz Riza Basalamah berjanji untuk terus berupaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas penyelenggaraan acara keagamaan di masa mendatang, sebagai wujud komitmen dan tujuan mulianya terhadap tugas sebagai penceramah dan penggerak umat.
Melalui permintaan maaf ini, Ustadz Riza Basalamah juga berharap agar masyarakat dapat memahami dan memberikan dukungan konstruktif guna membangun lingkungan keagamaan yang lebih baik dan harmonis. Beliau menegaskan bahwa kebersamaan dan kerjasama dari seluruh komponen umat sangatlah penting untuk mencapai tujuan bersama dalam meningkatkan kualitas ibadah dan kehidupan beragama.
Meskipun situasi akhirnya terkendali, aparat kepolisian tetap waspada untuk mencegah terjadinya insiden lebih lanjut.
Selanjutnya, di Masjid Asalam, suasana sudah kembali sepi setelah salat Jumat rutin. Dewan pembina dan ketua Yayasan Masjid Asalam, mengungkapkan bahwa pengajian di masjid tersebut secara rutin menghadirkan berbagai ulama dari berbagai paham, termasuk NU, Muhammadiyah, dan Salafi.
Kemudian, K.H. M. Hasan Ubaidillah, Sekretaris MUI Jawa Timur, menyoroti pentingnya menjaga kondusivitas di tengah situasi pemilu yang masih berlangsung. MUI mengakui bahwa komunikasi yang baik antara panitia dan Banser sangat penting, dan menyatakan bahwa kesalahan komunikasi harus diurai.
Dalam keterangan resminya, MUI Jawa Timur menilai bahwa Ustaz Ustadz Basalamah tidak memprovokasi dan menegaskan penting nya dakwah yang dilandasi kesantunan serta memperhatikan kearifan lokal. MUI juga mencoba berkomunikasi dengan pihak kepolisian terkait kasus yang sedang ini.