Lihat ke Halaman Asli

Zalfa Imtinan Putri

Mahasiswi S1 Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Gizi Universitas Airlangga

Persepsi Diet yang Salah Berujung Gangguan Kesehatan Mental

Diperbarui: 5 Juni 2022   23:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Di tengah era globalisasi saat ini, teknologi semakin berkembang dan penggunaan media sosial juga semakin umum digunakan di berbagai kalangan umur. Penggunaan media sosial tersebut menimbulkan pengaruh terhadap penggunanya, baik positif maupun negatif. Salah satu pengaruh yang akan dibahas kali ini yaitu mengenai persepsi tubuh. Pada berbagai platform media sosial, banyak orang memamerkan tubuh idealnya dengan mengunggahnya di akun mereka. Hal tersebut membuat pengguna lain yang melihat postingan tersebut, merasa ingin dan harus memiliki postur tubuh seperti itu supaya dipandang menarik oleh orang lain. Namun, kebanyakan orang menganggap postur tubuh yang ideal adalah yang langsing, ramping, dan berat badan yang minim. Oleh karena itu, banyak orang melakukan diet untuk mencapai postur tubuh yang diinginkan.

Kebanyakan orang, jika mendengar kata "Diet" akan mengartikannnya dengan mengurangi makan untuk menurunkan berat badan. Padahal, pengertian diet sendiri sebenarnya tidak sesederhana itu. Secara umum, pengertian diet sebenarnya merupakan prasarat bagi kesehatan, sebagai usaha memajukan kualitas hidup, atau kesejahteraan, dan pencegahan terhadap penyakit terkait gizi, yaitu dengan mengatur asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh (Barasi, 2007). Dalam kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga 2009 keluaran Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), Diet memiliki arti sebagai pengaturan pola dan konsumsi makanan serta minuman yang dilarang, dibatasi jumlahnya, dimodifikasi, atau diperolehkan dengan jumlah tertentu untuk tujuan terapi penyakit yang diderita, kesehatan, atau penurunan berat badan. Intinya, diet adalah tentang mengatur pola makan supaya tetap sehat, badan ideal sesuai kaidah gizi, dan terhindar dari penyakit, Diet tidak hanya sekedar menurunkan berat badan (Weight Loss), tetapi ada juga diet untuk menambah berat badan (Weight Gain), dan mempertahankan berat badan yang sudah ideal (Weight Maintenance). Jika ingin mengubah pola makan untuk memperoleh badan ideal, hendaknya pahami dulu tentang pengertian diet dan sesuaikan dengan apa yang tubuh kita perlukan.

Bicara soal diet, masih banyak mitos mengenai diet ini yang diyakini oleh sebagian besar masyarakat. Sebagai contoh, demi menurunkan berat badannya dengan cepat, beberapa orang mengurangi porsi makannya secara drastis, misalnya dengan meninggalkan sarapan, tidak boleh makan nasi, tidak boleh makan lemak, dan hanya makan makanan rebus-rebusan tanpa rasa. Teknik diet dengan cara tersebut banyak yang bertentangan dengan kaidah ilmu gizi sehingga dianggap kontroversi oleh sebagian orang (Semarayasa, 2013). Diet yang benar adalah memenuhi makronutrisi yang dibutuhkan tubuh beraktivitas yaitu karbohidrat, lemak, dan protein dengan porsi sesuai kondisi tubuh per individu. Ketiga makronutrisi tersebut sama dibutuhkannya oleh tubuh, sehingga walau sedang diet pun tidak dibolehkan untuk menghilangkan salah satunya. Salah satu makronutrisi yang sering dianggap jahat seolah berdosa jika mengonsumsinya adalah lemak. Lemak sering dihindari ketika diet karena dianggap membuat gemuk, hal tersebut sebenarnya karena lemak mengandung kalori paling tinggi yaitu sekitar 9 kalori/gram.

Hal yang seharusnya dilakukan adalah mengganti makanan yang dikonsumsi menjadi makanan dengan makronutrisi yang lebih menyehatkan. Contohnya pada karbohidrat, dianjurkan mengganti karbohidrat simpleks menjadi karbohidrat kompleks. Contoh karbohidrat simpleks yaitu nasi putih, roti putih, gula, kue. Sedangkan karbohidrat kompleks meliputi roti gandum, ubi, nasi merah, nasi hitam, sayuran, oatmeal, dan masih banyak lagi. Dianjurkan mengganti ke karbohidrat kompleks karena lebih mengandung banyak serat sehingga perut terasa kenyang lebih lama dan memperlancar pencernaan tubuh. Akan tetapi, tetap boleh saja untuk mengonsumsi karbohidrat simpleks asalkan tidak berlebihan. Lalu, terkait lemak hendaknya mengonsumsi lemak baik atau tidak jenuh daripada lemak jahat atau jenuh. Hal itu karena kebanyakan lemak jenuh mengandung kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL) yang tidak menyehatkan bagi tubuh. Sedangkan lemak tidak jenuh lebih banyak mengandung kolesterol baik atau High Density Lipoprotein (HDL) yang lebih menyehatkan. Contoh makanan mengandung lemak tidak jenuh yaitu minyak zaitun, alpukat, kuning telur, ikan, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Sedangkan makanan dengan lemak jenuh yaitu gorengan, fast food, junk food, santan, daging merah, dan lainnya. Saat diet, dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan protein karena protein dapat membantu menambah massa otot sehingga metabolisme tubuh menjadi lebih cepat dan protein butuh waktu lama untuk dicerna tubuh sehingga dapat membuat rasa kenyang menjadi tahan lama.

Persepsi diet salah yang lainnya adalah anggapan bahwa makan malam mengakibatkan gemuk. Faktanya, yang menyebabkan bertambahnya berat badan adalah akumulasi kelebihan kalori yang dikonsumsi, bukan karena pada jam berapa dan kapan kita makan. Persepsi lain yaitu ketika diet lebih mengonsumsi rebus-rebusan seperti ubi, kentang, singkong rebus, dan tidak boleh makan nasi, bahkan hingga mengabaikan makanan lain seperti lemak dan protein. Padahal, seperti yang dijelaskan sebelumnya, semua makronutrisi penting untuk tubuh dan wajib dipenuhi. Diet bukan tentang melarang diri untuk makan sesuatu, tetapi mengatur makanan yang dikonsumsi sesuai porsinya.

Jika tidak memahami diet secara benar, kebanyakan orang akan menerapkan diet yang hanya sementara untuk secepat mungkin mendapat tubuh idealnya. Hal itu menyebabkan orang akan menerapkan diet ekstrem yang justru menyiksa dirinya. Kebanyakan diet ekstrem hanya bersifat sementara, bahkan akan ada dampak buruk dalam jangka waktu panjang. Diet ekstrem menyebabkan tubuh kekurangan nutrisi, bahkan dapat berdampak pada kesehatan mental. Hal itu karena penerapan diet ekstrem menyebabkan suatu penekanan pada diri sendiri untuk membatasi makan. Penerapan diet tersebut dapat menyebabkan gangguan makan seperti Anorexia nervosa dan Bulimia. Anorexia nervosa yaitu sebuah gangguan makan yang ditandai dengan penolakan untuk mempertahankan berat badan yang sehat dan rasa takut yang berlebihan terhadap peningkatan berat badan akibat pencitraan diri yang menyimpang. Sedangkan, bulimia adalah gangguan pola makan yang ditandai dengan usaha untuk memuntahkan kembali secara terus-menerus apa yang telah dimakan sebelumnya. Dilihat dari pengertiannya, gangguan makan tentunya dapat memengaruhi psikologis pengidapnya. Gangguan makan yang tidak segera ditangani, dapat mengakibatkan depresi, keinginan bunuh diri, bahkan parahnya kematian.

Oleh karena itu, sebelum melakukan diet perlu untuk memahami terlebih dulu dan menentukan tujuan yang benar. Tujuan dari diet adalah supaya tubuh tetap sehat dan terhindar dari penyakit, bukan hanya untuk mencapai badan ideal. Diet bukan hanya diterapkan sementara, berhenti makan sehat karena sudah mencapai badan ideal, tetapi diet haruslah diterapkan seumur hidup. Oleh karena itu, rancanglah diet yang menyenangkan dan dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lama, juga tidak terlalu mengekang diri sendiri. Diet bukan tentang menghindari atau melarang diri untuk memakan sesuatu, tetapi mengganti makanan menjadi makanan yang lebih menyehatkan dan mengatur porsinya. Diet itu untuk sehat, bukan sekedar untuk memiliki badan ideal. Jika diet dilakukan dengan tepat, maka tubuh akan sehat dan bonusnya tubuh menjadi ideal. Selain itu, diet yang tepat juga dapat menjaga kesehatan mental kita.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline