Siapakah generasi darurat diabetes itu? generasi darurat diabetes adalah kita semua yang sedang menjalani kehidupan remaja menuju dewasa pada zaman ini. Iklan sosial media yang banyak berkeliaran bukan lagi tentang promosi barang-barang, melainkan lebih banyak tentang makanan. Seperti minuman boba, pancake, permen viral, dan lain lain. Mangsa yang lebih mudah terpengaruh adalah anak muda termasuk kita. Para penjual pinggir jalan pun makin banyak yang beralih menjual makanan seperti di sosial media demi menarik minat pembeli. Akibatnya sudah banyak muda mudi yang terkena diabetes di usia nya yang cukup muda karena pola makan sehari hari yang tidak terkendali. Mereka menghabiskan uangnya untuk membeli makanan viral demi memenuhi hasrat mereka.
Kemudian untuk menilai sudah sejauh mana diri kita sendiri sudah menjelajah makanan manis yang selama ini viral di sosial media adalah curigai jika buang air kecil lebih sering dari biasanya, terutama di malam hari, dan gampang haus. Kemudian tubuh mudah lelah dan sering kesemutan pada tangan atau kaki. Sesekali check up ke dokter untuk mengetahui kadar gula dalam tubuh kita, agar kita bisa lebih mengontrol makanan manis yang akan kita makan. Membuat bagan keluarga ke arah atas untuk menemukan anggota keluarga yang mungkin membawa faktor risiko diabetes yang mungkin turun ke diri kita, sehingga kita bisa lebih aware dengan makanna manis.
Cara kita dalam menyikapi kondisi yang nyata telah terjadi ini agar kita bisa tetap hidup dengan sehat, bisa dengan mengurangi porsi makanan dan minuman yang manis di setiap harinya secara bertahap. Makanlah buah secara alami tanpa mencampurnya dengan gula, susu, krimer, sirup, dll. Ganti cemilan dengan kandungan gula tinggi dengan sayur atau salad sayur. Kurangi minuman manis dan minum air putih sesuai porsi normal yakni 8 gelas per harinya. Rutin berolahraga setiap pagi dan tidak pasif (langsung tidur misalnya) setelah makan berat. Jangan makan berat di atas jam 8 malam karena bisa memperberat kerja lambung yang waktunya istirahat. Bagi orang yang suka mengonsumsi minuman beralkohol dan merokok, alangkah baiknya untuk dikurangi secara bertahap hingga dirinya mampu untuk tidak mengonsumsinya lagi, karena minuman beralkohol dan rokok juga mampu meningkatkan resiko diabetes. Dan jaga berat badan kita agar tidak melebihi batas normal biasanya.
Jika kita sudah mengurangi makanan manis dalam konsumsi sehari-hari kita, maka perlu diingat bahwa jangan sampai kadar gula darah kita menjadi terllau rendah karena kita yang sangat menghindari makanan manis, tubuh kita normalnya juga membutuhkan glukosa walaupun dalam jumlah kecil. Kita harus bisa mengenali juga ketika kondisi gula dalam tubuh kita terlalu rendah. Kenali dirimu jika memiliki tanda tanda seperti nafsu makan meningkat, tubuh gemetar, pusing, lemas, jantung berdebar, keringat berlebih, cemas atau gelisah, dan pingsan. Bila mengalami hal ini kita perlu dengan segera mendapatkan pertolongan pertama berupa asupan gula untuk menaikkan kadar gula darah. Asupan ini bisa diperoleh dari mengonsumsi gula, jus buah, teh manis, madu, atau permen. Kondisi ini terjadi ketika sel-sel tubuh yang kelaparan terpaksa memecah lemak sebagai sumber energi. Sel bisa mengalami kelaparan karena tubuh kekurangan insulin atau tidak dapat memakai insulin dengan baik untuk memasukkan glukosa ke dalam sel sebagai sumber energi. Pemecahan lemak tersebut menghasilkan zat keton yang dapat bersifat toksik (beracun) bagi tubuh jika jumlahnya berlebihan.
Mungkin bagi beberapa orang yang suka makanan dan minuman manis, metode ini akan sedikit berat. Tapi, akankah kita merelakan kesehatan kita demi keinginan kita sendiri yang membawa keburukan. Konsumsi gula memang perlu, tapi alangkah lebih baiknya jika kita mengonsumsinya dalam jumlah wajar. Kesehatan kita jauh lebih mahal harganya ketimbang kita harus menghabiskan uang demi sekedar keinginan saja tanpa mempertimbangkan kondisi tubuh kita sendiri. Masa muda kita adalah masa emas yang harus kita jaga sedemikian rupa, karena kita yang akan membawa perubahan di masa depan itu jauh lebih baik atau tidak. Jika jiwa masa muda sudah digerogoti kesehatan nya sejak dini, maka di masa depan kaum muda mudi bisa saja berkurang kualitas hidupnya. Jangan mau terjajah dengan sosial media yang merubah cara berfikir dan ideologi normal kita. Masyarakat muda zaman dahulu berbeda dengan masyarakat muda zaman sekarang. Orang zaman dulu biasanya lebih sehat karena pola makan nya yang tidak berlebihan dengan makanan yang mengandung zat berbahaya seperti makanan zaman sekarang. Orang zaman dulu juga lebih banyak memilih untuk maska sendiri makanan yang akan mereka makan daripada harus membelinya di luaran.
Sekarang orang lebih berminat untuk melariskan dagangan orang lain dengan kedok melestarikan umkm indonesia. Padahal dasarnya para influenser sosial media yang membuat iklan makanan tersebut hanya ingin meraup keuntungan semata demi mendapatkan banyak follower dan cuan dari kontennya tersebut. Padahal kalau difikir dengan akal sehat, tidak mungkin kita teracuni dengan godaan iklan jika kta tidak terlalu sedalam itu juga bermain sosial media. Jadi jangan terlalu sering mengunjungi sosial media jika tidak ingin tergoda oleh makanan terkini yang tidak sehat. Jangan selalu salahkan iklan sosial media, tetapi diri kita sendiri juga harus mengatur porsi kita dalam menjelajah sosial media. Semua sudah diatur dengan proporsinya masing masing dan tidak semuanya bisa kita terima dengan begitu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H