Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Puisi: Perempuan Itu Terbiasa Menelantarkan Mimpi

Diperbarui: 1 Mei 2023   20:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siluet Perempuan/foto: pixabay.com

I/. Pagi-pagi sekali.
Perempuan tua itu telah terbiasa menelantarkan mimpi. Menyeret sepasang kaki rapuh mengejar jejak-jejak embun yang antarkan sepi.

Di hadapan satu potret usang, bibir itu berbisik pada lengang: Kau masih menungguku?

II/. Belum benar-benar pagi.
Perempuan tua itu telah duduk di tepi sungai. Jemarinya kukuh menggengam palu. Batu-batu sebesar tinju dihajar dengan pilu.

Di hadapan tumpukan kerikil. Segaris senyum mengarsir satu wajah mungil: Kau pasti tahu, ia bukan lagi bocah kecil!

III/. Pagi sejak lama pergi.
Perempuan itu tak lagi mengeja bias jingga. Sepasang mata tua itu telah berlumpur abu usia. Tersisa rimbunan pinta dalam doa.

Di hadapan langit senja, bibir itu terbata berucap tanya: Kau tak ingin menjemputku?

IV/. Sebelum pergi bermimpi.
Hari ini. Anak-anak muda berteriak dalam aksi. Mencaci maki dalam kemasan orasi. Kemudian berlari tanpa navigasi. Di layar televisi.

Di hadapan layar televisi mati. Segurat pasi menghiasi wajah sunyi: Ia pun sepertimu. Melupakan aku!

Curup, 01.05.2023
zaldy chan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline