Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Cerpen: Ketika Aku Menulis tentang Hantu

Diperbarui: 15 Juli 2022   19:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: pixabay.com

Sejak tadi hening memeluk sunyi. Tak lagi bersisa denting hujan di langit-langit kamar, yang gelap dan pengap. Tabir jendela dikuak desir angin, mengabarkan akhir senja. Udara dingin tak sungkan menemani. Menyusup masuk menjalari setiap lubang pori-pori.

Mataku menerawang keluar jendela. Kabut sudah menyesak gerbang malam. Anganku tergesa memetik satu, atau dua kata sebagai bahan meracik kalimat pembuka cerita.

Aha! Terburu, kuraih secarik kertas. Tapi tak kutemukan pena.

Aku lupa! Sepotong pensil sepanjang jari kelingking, sedari tadi terselip di daun telinga. Tergesa, kutulis kata "HANTU".

Ajaib! Baru selesai di lekuk terakhir huruf U. Tulisan kata hantu itu, menguap seperti asap rokokku. Aku terkejut!

Genggaman jemariku segera mencengkram erat potongan pensil di tangan kananku. Bersiap dan berjaga. Setidaknya bisa kujadikan senjata, jika terjadi hal yang tak terduga.

Benar saja! Tak berhenti di situ. Perlahan, kabut putih di hadapku membentuk satu wujud. Tapi bentuk itu agaknya belum usai, ketika kudengar bisikan lirih.

"Kau memanggilku?"
"Hah!"
"Di mana kau temukan pensil itu?"
"Kau siapa?"
"Jawab tanyaku!"
"Apa urusanmu?"
"Jawab saja!"
"Jangan pernah coba-coba mengaturku. Jika..."
"Kau? Bukankah kau..."
***

Seperti malam kemarin. Kuraih pensil yang tergeletak di atas meja. Malam ini, kamarku pun kembali kelam.

Kubiarkan embusan udara dingin, menyapu leher belakangku, dari sela-sela tirai jendela yang setengah terbuka. Tatapan mataku singgah pada lima huruf yang kemarin kutulis pada secarik kertas. "HANTU".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline