Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Puisi: Tapal Terakhir Pengembaraan Hari

Diperbarui: 2 Desember 2021   17:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak kecil dan senja (Foto oleh Nishant Vyas dari Pexels)

Pada tapal terakhir pengembaraan hari.
Rinai hujan membiarkan jiwa-jiwa basah menikmati sepi. Hening menemani seorang perempuan dan bocah kecil di dalam pelukan.

"Sebentar lagi gelap."

Seorang perempuan menanak doa. Merajut pelampung pinta di antara genangan airmata. Ia ingin melupakan seorang lelaki, yang pergi usai menitipkan barisan nyeri.

Seorang bocah kecil menanam bisu. Merawat perjalanan tunggu dalam pelukan ibu. Ia ingin menjumpai ayah, yang sembunyi di balik timbunan tanah.

Bentang langit tanpa jingga, setelah senja terjebak perselisihan cuaca. Lampu-lampu jalan telah menabur cahaya temaram, agar api mimpi tak berujung padam.

"Kita pulang, Nak?"
"Besok ke sini lagi, kan?"

Pada tapal terakhir pergantian hari. Sepi berlari ke bilik mimpi. Meramu pinta, agar duka menenggelamkan jejak luka yang tersisa.

Curup, 02.12.2021
Zaldy Chan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline