Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Puisi: Sebelum Aku Pergi

Diperbarui: 1 Desember 2021   08:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi hujan (Foto oleh MOHAMED ABDELSADIG dari Pexels)

Tak usah ucapkan perpisahan. Sebab kau dan aku tak pernah memulai pertemuan.

Mungkin kau akan berlari ke puncak-puncak bukit. Mengadu dan meneteskan airmata sebagai bukti rasa sakit. Ke langit. Atau, bersidekap dan menadah tangan di tengah lapangan. Berharap permintaan tak sekadar permohonan.

Aku masih di sini. Hingga nanti, ketika gulir waktu mengajak pergi.

Tak kau temukan debu beterbangan di jalanan. Tak kau jumpai orang-orang menyapamu tanpa senyuman. Sepertimu, mereka memilih tak bertutur kata dan membisu. Menahan tubuh gerah menitik peluh, dan mencegah isi kepala meracik keluh. Di titik jenuh.

Aku tetap di sini. Sebelum aku pergi.

Kau harusnya mengerti. Kepergian bukan kehilangan abadi. Namun, penantian dalam pertikaian sepi.

Hingga nanti. Ketika kau ajukan satu tanya di antara doa dan airmata: Kapan turun hujan, Tuhan?

Curup, 30.11.2021
Zaldy Chan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline