Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Puisi: Di Perapian Tunggu

Diperbarui: 17 November 2021   18:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Perapian (Foto oleh alex Lzaro dari Pexels)

Aku ingin menjadi cawan dari bulir lamunan pagimu. Menampung larutan pekat angan yang terkungkung dalam mimpimu

Seperti mimpi. Tak mungkin hari-hari berlalu tanpa matahari, isakmu.

Aku akan menemani senyummu menyesap keheningan bias mentari yang menyusup di ufuk timur sunyi. Atau, membiarkan bibirmu mereguk ketenangan langit jingga, sebelum gelap malam membujuknya bersandar di dermaga senja.

Tapi senja tak pernah berjanji menghapus luka, tangismu.

Maka aku akan mengendapkan duri-duri rasa, agar senyummu tak menghilang di antara timbunan masa. Atau, menyisihkan jelaga cela dari bibirmu, sebelum melukai kata-kata dan bebas menyelinap ke belantara makna.

Kau membisu ketika laju waktuku berdebu, bisikmu.

Kau terlupa? Aku sedang memakamkan sepi di perapian tunggu, memastikan rinai hujan tak mengusikmu. Ketika jasadku lenyap oleh kelopak mawar yang berjatuhan di bawah serumpun kamboja. Aku adalah butiran debu tak bernama. Sepertimu.

Curup, 17.11.2021
Zaldy Chan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline