Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Puisi: Entah Kapan Aku Bisa Mendengar Ceritamu

Diperbarui: 5 November 2021   22:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ayah dan anak (Foto oleh Tatiana Syrikova dari Pexels)

Aku pernah bercerita kepadamu. Saat aku seusiamu.

Di pagi hari, sungai di belakang rumah itu adalah tempat bertemu. Aku dan teman-temanku berpacu dengan waktu membersihkan badan. Ibuku -yang kau panggil nenek- bergelut dengan waktu mencuci pakaian dan aneka peralatan, sebelum tertimbun di dapur menyiapkan masakan.

Itu dulu. Sebelum sampah-sampah, dan pecahan kaca meramaikan aliran dan dasar sungai. Aku mengerti kau bahagia melihat air, walaupun sedang terjadi banjir.

Kau pernah memintaku bercerita kepadamu. Satu rahasia alam saat aku seusiamu.

Di pagi hari, minyak goreng ibuku -yang kau panggil nenek- yang disimpan di dalam botol bekas kecap, acapkali membatu. Minyak itu bukan berbahan salju, tapi membeku akibat turunnya suhu. Butuh waktu tambahan, agar nasi goreng bisa diracik sebagai menu sarapan.

Itu dulu. Namun, sulit menjelaskan padamu, jika minyak goreng tak lagi membeku akibat pohon-pohon terlalu cepat lenyap dari pandangan. Sesulit aku memahami, ketika kau lebih memilih uang jajan daripada sarapan.

Mungkin sudah lama, aku tak lagi bercerita kepadamu. Saat aku seusiamu.

Aku sibuk mencari cara untuk memenuhi kebutuhan. Kau pun sibuk belajar menemukan cara untuk mencapai keinginan.

Entah kapan aku bisa mendengar ceritamu. Mungkinkah, karena saat ini ingatanku lelah dan berdebu?

Curup, 05.11.2021
Zaldy Chan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline