Aku mengingat petuah filosof tak bernama: Garis adalah himpunan titik-titik!
Batang otakku seperti gagang sapu. Menari lincah mengintai satu-persatu sketsa, yang terkurung luka menganga. Aha! Aku mengingatmu.
Tersamar, liang telingaku seperti sayap kupu-kupu. Mengibas deras memilah puspawarna ke segala penjuru. Ah, aku tersesat di belantara merah jambu.
Aku meraba tulisan tanganmu : Cinta
Rasaku berkuasa seperti raja. Menunjuk hati mengatur raga dan membujuk indera hanya untuk sebuah nama. Tak perlu kau ujarkan tanya.
Ruang tunggu dipenuhi waktu-waktu. Menuntun gelombang asa mendaraskan larik-larik biru. Barisan sesal yang tak kunjung bertemu pintu. Rindu.
Aku masih menyimpan satu kata: Lupa
Sehelai kertas kosong tergeletak
Sebatang pensil tumpul terjebak
Dipukul mundur aksara bisu
Parade kisah-kisah dulu
Di rak-rak buku
Berdebu
Curup, 24.10.2021
Zaldy Chan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H