Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Merantau

Diperbarui: 20 September 2021   18:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola Dunia (sumber Foto oleh MART PRODUCTION dari Pexels)

Di terminal. Sebelum sepi mengajak barisan doa menepi.

Aku pergi!

Sebuah jaket berwarna biru tua terhampai di pundak. Sepatu hitam menahan tubuh yang terbungkus baju dan celana serba hijau. Genggam tanganmu, menyimpan tekad mendalam.

Merantau bukan seperti memesan semangkok bakso atau sepiring gado-gado. Memainkan denting sendok dan garpu untuk melupakan gulir waktu. Menunggu.

Aku ingin sepertimu!

Bagimu, kalimat itu sebagai pernyataan dari satu keinginan. Bagiku bermakna keputusan. Bulat, tanpa retak yang tak mau diganggugugat. Tak akan kupecahkan balon hijau, yang telah lama kau pegang erat. Sangat erat.

Merantau adalah memangkas jarak sua. Dalam jeda tak terkira. Mungkin tak terhingga. Seperti pilihan jarum panjang jam yang tergantung di dinding kamar. Terus berputar, terhenti, atau mati.

Ayah pernah bilang, jangan seperti katak dalam tempurung, kan?

Di terminal. Sepi mengajak barisan doa menepi.

Kuharap, matamu tak pernah membaca masa lalu. Milikku.

Curup, 20.09.2021
Zaldy Chan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline