Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Hingga Langit Mendaraskan Ayat Terakhir Kehidupan

Diperbarui: 2 Agustus 2021   19:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrated by pixabay.com

Bukan satu, tapi dua bintang menerangi negeri matahari.

Sinarnya menunda dengungan sinis yang menunggu peluit dari aba-aba masinis. Atau, menghapus susunan larik-larik liris, yang ditata mengalun ritmis. Seperti perebutan hujan dan cahaya menghadirkan indah pelangi di antara sisa gerimis.

Bukan dua, tapi banyak mata air mata memadamkan api tunggu.

Butirnya menyejukkan jiwa-jiwa fana yang tersengat percikan api duka. Atau sejenak melupakan deretan keluh yang tertinggal di bilik nestapa. Seperti mengikat janji oase di kegersangan padang pasir, jika kehidupan belum berakhir.

Bukan kata, tapi gugah rasa yang menggubah cara berwujud asa.

Nadanya tertoreh pada secarik partitur kuno yang dieja sepenuh cinta. Atau, menyaksikan semilir angin yang menyapa ranting cemara dan dedaunan akasia. Seperti ketabahan anak-anak sungai menelusuri petilasan purba samudera.

Cahaya bintang akan pudar seperti goresan angka-angka yang terkurung pertanggalan usang. Namun bintang takkan hilang! Hingga langit mendaraskan ayat terakhir kehidupan. Harapan.

Curup, 02.08.2021
Zaldy Chan

Selamat untuk Gres & Ani!
BinOlimpiade Tokyo 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline