Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Cerpen: Pesan Ibu

Diperbarui: 16 Juni 2021   09:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi genggaman tangan (sumber gambar: pixabay.com)

"Mungkin aku akan..."
"Membunuhnya?"

Perempuan itu menitip senyumnya pada bisu. Sejenak matanya menatap segelas teh yang tersisa setengah. Jemari tangan kirinya meraih ujung sendok yang terpaku di bibir gelas, dan segera memutar dasar gelas. Mata itu kemudian menatapku.

"Membunuhnya? Untuk apa?"

Aku menatap lengan kananku yang memerah dan masih menyisakan rasa gatal. Aku tak peduli, bila ada kaki atau sayap nyamuk jahanam itu yang tertinggal. Membunuh nyamuk malang itu, adalah sebuah seni mengakhiri rasa sakit.

"Biar ibu..."
"Dulu, dia terlalu muda untuk mati!"

***

Dia orang kedua yang datang memesan segelas kopi. Tanpa suara, hanya isyarat jari telunjuk diarahkan pada gelas yang berada di hadapku.

"Tanpa gula!"

Tiga hari berlalu. Lelaki itu menggunakan pola yang baku. Datang pagi, memesan kopi dengan isyarat jari, dan berujar dengan kalimat yang sama "tanpa gula!".

Sedikit berbeda pagi itu. Ia memilih duduk satu meja dan satu bangku denganku. Kepalaku menekuk pelan tapi tak ada balasan.

"Tinggal di mana?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline