Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Fiksi Ramadan: Air di Bukit Batu

Diperbarui: 12 Mei 2021   22:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi seorang lelaki (sumber gambar: pixabay.com)

Mungkin tak penting, jika aku ceritakan. Lima menit sebelum azan zuhur itu, aku melihat Amir. 

Lelaki hampir separuh baya itu, tertatih menyeberangi jalan, dan berhasil memasuki halaman masjid.

Kukira, juga tak penting apakah aku melihat jarum jam atau tidak. Tapi yang pasti sesudah zuhur. Amir mati.

Tubuhnya terkapar tak bergerak ditabrak truk. Ketika menyeberangi jalan saat berjalan pulang dari masjid.

Rasanya, tak perlu aku ceritakan, jika kepala Amir remuk dilindas roda belakang sebelah kanan, yang menahan beban berat sembako untuk operasi pasar menjelang lebaran.

Juga cerita kepanikan beberapa warga di tempat kejadian, yang sibuk berlarian mencari pasir untuk menutupi genangan darah yang berserakan di jalanan.

Hingga seorang warga berinisiatif mengambil tanah dari pot, tanaman bunga mawar kesayangan milik Hasnah. Karena rumah Hasnah yang persis berada di depan masjid.

***

Agaknya, sedikit penting jika aku menceritakan tentang Hasnah. Jika melihat dari wajah, maka orang-orang akan menganggap, usianya di atas empat puluh tahun.

Tak banyak yang tahu, jika usia Hasnah, tepat pada hari pertama Ramadan itu, baru saja menjejaki usia tiga puluh enam tahun.

Jika kau menduga, karena tak dirayakan maka orang tak tahu. kau salah! Beban hidup, perlahan menambah beban di wajah Hasnah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline