Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

"Dalan Liyane" Menikmati Rasa Segelas Kopi

Diperbarui: 24 Maret 2021   19:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi meracik kopi (sumber gambar: pixabay.com)

"Jika kau ingin aku sekadar singgah, beri aku kopi. Jangan hati!"

Kalimat itu kubaca di status media sosial milik temanku. Silakan bebas melakukan penafsiran. Apatah bernada romantisme atau sebuah ungkapan patah hati? Atau kalimat itu merupakan Dalan Liyane seseorang ketika menikmati segelas kopi?

Minum kopi, tak lagi semacam ritual warga pedesaan sebelum pergi ke sawah dan ladang. Atau menikmati segelas kopi di pos ronda dan warung kopi untuk berinteraksi, sambil berbincang ringan isu-isu terkini. Namun telah menjadi gaya hidup bagi warga perkotaan!

Saat ini, terdapat banyak kedai dan kafe yang khusus menyediakan kopi. Bak jamur di musim hujan. Beragam jenis dan menu berbahan dasar kopi, ditawarkan dan diracik oleh orang-orang yang memiliki keterampilan khusus.

Bagi penikmat kopi sejati. Keberadaan Kedai kopi dan kafe bukan hal yang penting. Rasa adalah yang utama. Jika sudah merasakan kopi sesuai selera, maka mereka akan setia. Di tempat yang sama. Dengan jenis dan menu kopi yang sama pula. Iya, kan?

Namun, ada juga yang datang tak melulu berurusan dengan rasa kopi. Bisa jadi, untuk menikmati waktu senggang usai jenuh seharian bekerja. Berkumpul dengan teman-teman sambil bertukar canda dan bertukar cerita. Bisa jadi sekadar ajang pelarian dari rutinitas.

Bagaimana denganku? Aku terbiasa menikmati segelas kopi hasil racikan anakku. Setiap pagi, Anak gadis yang biasa kusapa Uni Tya akan meramu segelas kopi untukku. Kecuali jika lagi flu atau badan kurang fit, kupilih menikmati segelas teh hangat. Ahaaay....

ilustrasi segelas kopi (sumber gambar: pixabay.com)

Jalan Panjang Menikmati Segelas Kopi Anak Gadisku

Begini. Khusus urusan keterampilan di dapur, aku termasuk jenis orangtua yang konservatif. Bagiku, anak perempuan, sejak kecil mesti terbiasa di dapur. Tak mesti selevel Master Chef, tetapi mampu mengenal beragam bumbu dan membedakan serta menggunakan alat-alat dapur.

Dan, butuh perjalanan panjang bagi Uni Tya, meraih kepercayaan dalam meracik segelas kopi untukku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline