Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Cerpen: Cokelat di Bawah Bantal

Diperbarui: 14 Februari 2021   17:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

cokelat dan mawar merah (sumber gambar: pixabay.com)

"Aku..."

Lagi. Pita suaraku enggan bergetar. Dikalahkan debar jantung yang berlomba dengan kecipak debur ombak. Desau angin senja pun memaksa paru-paru memilah dan memompa sisa udara, agar bersemayam tenang di dada dan kepala.

Enam bulan berlalu sejak aku mengenalmu. Selalu begitu. Langit jingga, mungkin saja tertawa. Namun senja adalah sekutu untuk menyimpan sebuah rahasia. Saat benakku tak kuasa meredam bisikan hati. Berucap, "aku menyayangimu!"

Sesaat, manik matamu beralih menatapku. Hanya sesaat. Dan, pandangmu kembali mengeja kerlip lampu-lampu perahu kayu nelayan, yang perlahan menjauh dari bibir pantai. Sepelan anganku yang kembali menjauh. Tak bernyali melempar sauh.

"Sudah azan magrib. Pulang, yuk?"

Kau menatapku. Aku memilih menatap legam rambut yang tergerai di bahumu. Aku tahu. Tak ada senyummu untukku.

***

"Kau mau?"

Tak ada jawabmu. Bisu adalah tembok pertahanan paling ampuh bagimu. Jika tak kau temukan satu kata yang mampu kau lontarkan untuk meyakinkanku.

Kau tahu inginku. Aku pun mengerti inginmu. Andai kau tahu, sesungguhnya, kau dan aku sedang menoreh sejarah. Mereguk rasa untuk memiliki, tanpa berucap janji.

"Tapi, Ayah dan ibu belum..."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline