"Kau mungkin seorang pejabat, pengusaha sukses atau seorang jagoan pasar. Namun, itu tak berarti banyak, jika ban kendaraanmu kempes!"
Idiom "kantong kempes" acapkali digunakan untuk menunjukkan situasi keuangan seseorang. Apalagi saat menyentuh tanggal-tanggal tua di ujung bulan, kan? Namun, kondisi kantong kempes itu, bisa saja hanya dirasakan, dipendam atau dirahasiakan.
Namun, berbeda halnya jika mengalami "ban kempes". Entah karena melindas benda tajam, atau memang keadaan ban sudah aus dan tak layak pakai. Kondisi itu, sama sekali tak bisa dirahasiakan.
Kita akan butuh seseorang yang mampu mengatasi itu.
"Pekerjaan Tukang Tambal Ban, Gak ada, ya?"
"Tak ada di formulir, Bang!"
"Wiraswasta aja, ya? Seperti di KTP."
"Seharusnya Dinas Penakluk Kebocoran dan Pengendali Angin, Bang. Keren!"
Begitulah, beberapa kali aku membantu seorang teman, yang acapkali gagap saat mengisi daftar isian. Entah untuk keperluan administrasi sekolah anak, saat ingin meminjam uang di Bank atau untuk persyaratan menerima bantuan.
Adalah Ridwan (53 Tahun), biasa kusapa "Bang Iwan", salah seorang yang mengabdikan nyaris separuh usia dengan profesi sebagai penambal ban. Aku tulis tentang Bang Iwan dan filosofi Ban yang kucomot dari Mbah Gugel, ya?