Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Puisi: Petani dan Museum Kota

Diperbarui: 11 Februari 2021   07:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi petani (sumber gambar: pixabay.com)

Pematang sawah tewas tertusuk jarum waktu.

Tak ada parade kumbang juga capung berpacu dengan kupu-kupu. Menari, menaklukkan angin dan mencecap sari pati mimosa pudica yang pemalu.

Tak ada geliat tanah setapak mencekal jari kaki yang dingin, usai sisa hujan menyebabkan bercak dan licin.

Tak seperti dulu. Kini, rajuk hujan tak lagi butir-butir air. Melarikan diri bersama banjir.

Tak ada kawanan berudu katak, jasad renik dan cacing yang kalut bercampur takut, meloncat sembunyi dari balutan dan gelutan seekor belut.

Tak ada barisan benih hijau dan hamparan rumpun yang terpaksa kering, tertunduk lelah menopang bulir-bulir padi yang menguning.

Tak seperti dulu. Kinipematang tak lagi membatasi petak-petak sawah, terganti kotak-kotak bangunan dan rumah.

Mungkin nanti. Museum kota dihiasi lukisan padi dan petani.

Kau peduli?

Curup, 10.02.2021

Zaldychan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline