"Anda bukan kritis, tapi asal nyablak!"
"Belajar lagi! Jangan asal bunyi!"
"Kenapa Anda nyaman dengan kedunguan?"
Pernah mendengar parade kalimat "ajaib" seperti itu? Acapkali, dalam forum diskusi kritis, tiba-tiba mengalami jalan buntu saat beradu dan menguji sebuah argumentasi. Kalimat itu terlontar liar. Ujug-ujug menemukan solusi, malah menyulut konfrontasi.
Kritik adalah proses analisis dan evaluasi terhadap sesuatu. Bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, meluaskan apresiasi serta membantu memperbaiki pekerjaan.
Berpijak dari pengertian di atas, ada dua poin dalam melakukan kritik. Pertama, melalui analisis dan evaluasi. Kedua. Memiliki tujuan membantu. Jika merujuk pada batas pengertian itu. Di luar tahapan itu? Bukan sebuah kritik.
Mengutip id.wikipedia.org. Kata kritik berasal dari bahasa Yunani, Kritikos yang berarti "dapat didiskusikan". Akar katanya adalah Krenein yang berarti; memisahkan, mengamati, menimbang dan membandingkan.
Makna kritik sedikit berbeda tercantum dalam kbbi.web.id. yang menyatakan kritik adalah "kecaman atau tanggapan, kadang-kadang disertai uraian dan pertimbangan baik buruk terhadap suatu karya, pendapat dan sebagainya". Bedanya? Kata "kecaman" yang lebih dominan bermakna mencela.
Akhirnya, berujung menyudutkan dan menyalahkan. Bahkan lebih parah lagi membunuh karakter seseorang!
"Itu seni dalam diskusi, Bang!"
"Bukannya seni itu indah?"