Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Puisi: Mengeja Satu Tanda

Diperbarui: 31 Januari 2021   11:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi jalan panjang (sumber gambar: pixabay.com)

Aku terlalu tua untuk merenangi luas samudera. Namun, terpaku belia ketika merenungi belantara bahasa.

Lihat saja huruf "A" besar di awal kalimat, mungkin tak termasuk noda besar menggunakan huruf "a" kecil pada hari kiamat. Jika itu ditahbiskan sebagai dosa, maka neraka bahasa yang bertugas menghapusnya. Pun, jika ada. Dan kau percaya.

Antrian ingatanku seperti kata sambung, berbaris letih siap disambangi. Namun, kamus tua terlanjur lelah menumpuk benalu untuk disiangi.

Bacalah rahasia "di"! Laksana sekawanan kenangan yang memagut rindu untuk disatukan. Tapi tempat, ruang dan waktu acapkali memisahkan. Seperti kita. Terluka.

Aku tunggang-langgang beraksi di gelanggang, bahkan tunggang-tunggit mereguk rasa sakit. Namun, usai kata-kata membahasakan bab-bab cinta. Kau terpana.

Maka, biarkan ribuan tanda koma mengejar torehan penyair. Berlarian mengeja satu tanda sebagai peristirahatan terakhir. Titik.

Curup, 30.01.2021
zaldychan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline