Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Puisi: Tiga Sketsa

Diperbarui: 26 Januari 2021   18:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perahu dan pantai (sumber gambar: pixabay.com)

Sketsa I.
Mata itu mulai terlatih menyembunyikan rasa letih. Tak lagi ada air mata atau tatapan menagih iba.

"Kau bisa menggambar, kan?"

Mulut itu pun terlatih membisu, satu jari mengukir gambar perahu. Di atas pasir berdebu.

Resahku menderu. Berlari mengejar laut tenang membiru. Usai kubaca deret aksara tertulis di atas gambar perahu: Ayah.

Sketsa II.
Mata itu membungkam gelisah. Meredam genangan air mata agar tak pecah. Menahan helai asa biar tak lagi basah.

"Kau mau ikut?"

Mulut itu membeku. Dua tangan mengepal kaku. Membiarkan bisu, berteduh di bawah tenda pengungsian berwarna biru.

Riak ombak merajut sepi. Menawarkan hari tanpa mimpi. Lautku menjadi batas janji.

Sketsa III.
Lelaki itu menengadah pada langit jingga. Senja adalah bilik rahasia. Air mata.

"Kau masih menunggu?"

Angin melempar tanya. Aku melontar doa. Lelaki itu memelukku. Laut mengajak sembunyi di dalam buku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline