Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Puisi: Senja di Beranda

Diperbarui: 24 Januari 2021   17:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senja di Beranda (Sumber gambar: Dokumentasi Pribadi Zaldychan)

Beranda adalah tempat penantian.
Satu meja dan sepasang bangku kayu, juga asbak berbahan batu. Berbagi ruang dengan mawar merah, melati juga lidah buaya. Bersatu riang dengan cabai, tomat, bawang daun, saledri dan selada. Menjadi saksi, kehidupan atau terlupakan.

"Ayah sedang apa?"
"Duduklah! Kita menunggu senja!"

Beranda tempat persinggahan senja.
Sebagai garis jeda. Ketika mentari enggan mengaku lelah merajai hari. Namun tunduk dan patuh pada Sang Penguasa waktu.

Sepasang kunang-kunang diam-diam memadu janji menunda perjalanan hari di kala senja. Sepasang kekasih sembunyi-sembunyi mereguk kisah di antara butir cinta dan bulir air mata. Atau memaksa rasa memangku lupa.

Tak ada batas rahasia dalam senja
Hari-hari terus mengukir jejak matahari
Namun senja tak pernah berjanji
Senja datang ketika harus kembali
Senja pulang ketika harus pergi

Hanya sesaat senja, tak terhenti
Hanya sesaat jeda, tak terganti
Kaucari?
Senja tak peduli!
Kaunanti?
Senja mungkin sembunyi

Di beranda senja melaju. Menawarkan perguliran waktu-waktu baru. Dan, berlalu.

"Ayah. Senja menghilang!"
"Senja tak pernah hilang, Nak! Tapi, kita!"

Curup, 23.01.2021
zaldychan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline