Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Puisi: Sudah Tujuh Bulan

Diperbarui: 16 November 2020   00:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Anak kecil (sumber gambar : pixabay.com)

"Besok senin!"

Sepatu hitam bertali berbisik lirih. Kaos kaki kanan memandang saudara kiri, lubang diujung kaki itu kecil namun membuat sedih. Topi dan dasi berbagi senyuman, seakan berkata: "kami berdua bersih!"

Celana merah terlipat rapi, tak akan ada yang melihat robekan di tempat tersembunyi. Baju putih tergantung di dekat pintu. Tak lagi kusam, sejak ibu merendam dengan air bergincu biru.

Dua lembar pakaian dalam terhimpit di bawah, seringkali mengeluh, "kami tak pernah disebut?"

Buku tulis dan buku pelajaran Matematika sudah tertata di atas meja. Begitu juga buku gambar dan sekotak cat warna. Kecuali buku latihan bahasa Indonesia, masih ada tugas membuat puisi tentang pahlawan bangsa.

Dua batang pensil sejak awal tahun cemburu pada pena, penghapus dan penggaris merasa diri tak berguna. Mungkin dua tahun lagi akan ajukan pensiun dini, "daripada tak berfungsi?"

Ibu berbisik ke telingaku. Menyerahkan uang limapuluh ribu. Bukan uang jajan di sekolah! Sudah tujuh bulan tak lagi diantar ayah. "itu buat beli kuota!"

"Besok senin!"

Mulutku bertanya ke mata: "Apa kabar pintu gerbang, bangku, meja, papan tulis, kantin dan kotak sampah?"

Mataku bertanya ke hidung: "Apakah wc sekolah masih tetap gelap dan bau?"

Hidungku bertanya kepada mata: "Apa kabar tiang bendera di halaman sekolah?"

Kali ini, mulutku berbisik lirih, "masihkah kau merah putih?"

Curup, 15.11.2020
zaldychan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline