Usai subuh tadi. Dua kali orang-orang di Bengkulu termasuk tempat tinggalku di Curup (Ibukota Kabupaten Rejang Lebong), merasakan gempa dengan selisih waktu kurang dari 5 menit. Hasil rilis BMKG Gempa itu berskala 6,9 SR dan 6,8 SR. (Rabu,19/08/2020).
Namun gempa tak lagi asing bagi penduduk Bengkulu. Karena posisinya yang tepat berada di atas zona subduksi antar Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-Australia.
Gempa Bengkulu yang terdahsyat, terjadi 12 tahun lalu. Tanggal 12 september 2007 dengan magnitude 8,4 SR dan 13 september 2007 di angka 7,8 SR. Lokasi terparah di Lais,Bengkulu Utara. Selain menghancurkan hunian, juga merenggut jiwa 25 orang. (baca di sini)
Apatah lagi, Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang juga memiliki dua potensi "perusak tersembunyi" yang bisa memperparah keadaan jika terjadi gempa. Hal itu tercatat dalam alur sejarah gempa Curup dan Kepahiang
Pertama. "Patahan Semangko" (Sesar Musi) di Daspetah (Sekarang wilayah Kepahiang) menjadi episentrum gempa tanggal 15 Desember 1979. Gempa darat ini, menghancurkan lebih dari 3000 rumah dan 4 korban Jiwa. (Baca di sini)
Kedua. Dua Gunung Api, Bukit Kaba (1937 Mdpl. Tipe-A) memiliki dua kawah yang sangat aktif, Serta Bukit Daun (2467 Mdpl. Tipe-B) yang memiliki 7 telaga dengan warna berbeda. Berbeda dengan Bukit Kaba yang mudah di akses, Bukit Daun masih "tertutup".
Gempa Tak Hanya Bicara Getaran, Ia Lebih Mirip Gurita!
Secara teori dalam banyak literasi, gempa bisa mengakibatkan tsunami, tanah longsor, banjir juga kebakaran. Getarannya yang tektonik juga bisa memicu letusan gunung api yang dikenal dengan sebutan getaran vulkanik.
Dampak lain? Jika terjadi gempa dahsyat, tak lagi bicara tentang kehancuran tempat tinggal atau jumlah korban yang meninggal. Bencana gempa bisa menyebabkan krisis kesehatan, krisis pangan hingga krisis hunian.
Akumulasi ketiga krisis itu bisa saja memicu konflik sosial. Akan ada tersaji fenomena rebutan obat-obatan, rebutan makanan, juga rebutan bantuan. Semua yang terdampak Ingin cepat dan tepat. Serta merasa paling layak dan paling berhak.
Ujungnya? Akan hadir krisis sosial. Baik secara horizontal maupun vertikal. Aih, teman-teman relawan pasti menemukan kondisi dan situasi seperti ini di lapangan.