Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Puisi | Menimba Kata

Diperbarui: 17 Agustus 2020   21:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrasi: pixabay.com

Langit kota resah dihujani kata-kata.
Bukan lagi polusi karbon dioksida pabrik-pabrik kimia. Tak pula emulsi karbon monoksida kendaraan-kendaraan beroda, atau kebakaran pemukiman kumuh yang sebabkan ampas karbon tetraklorida.

Kata-kata lahirkan banjir cerita. Menghanyutkan seribu satu berita juga derita. Membasahi lelah suka sekaligus membasuh duka.

Kota telah banjir ribuan kata-kata.
Tak terganti. Ia setia mengairi jalan-jalan asa, menggenangi gang-gang putus asa. Tak berhenti, ia sentiasa menutupi selokan-selokan lupa, dan membongkar timbunan-timbunan luka.

Kata-kata mengalir tak terhingga. Mengajak serta benih hajat serta hujat. Alam tak lagi tempat belajar, tapi mengajar sekaligus menghajar.

Ketika kata-kata menenggelam kota, kita kehilangan kata-kata. Ketika kota sibuk mencari cara, kita sibuk menimba kata.

Kau masih ingat berdoa?

Curup, 11.08.2020
zaldychan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline