Langit kota resah dihujani kata-kata.
Bukan lagi polusi karbon dioksida pabrik-pabrik kimia. Tak pula emulsi karbon monoksida kendaraan-kendaraan beroda, atau kebakaran pemukiman kumuh yang sebabkan ampas karbon tetraklorida.
Kata-kata lahirkan banjir cerita. Menghanyutkan seribu satu berita juga derita. Membasahi lelah suka sekaligus membasuh duka.
Kota telah banjir ribuan kata-kata.
Tak terganti. Ia setia mengairi jalan-jalan asa, menggenangi gang-gang putus asa. Tak berhenti, ia sentiasa menutupi selokan-selokan lupa, dan membongkar timbunan-timbunan luka.
Kata-kata mengalir tak terhingga. Mengajak serta benih hajat serta hujat. Alam tak lagi tempat belajar, tapi mengajar sekaligus menghajar.
Ketika kata-kata menenggelam kota, kita kehilangan kata-kata. Ketika kota sibuk mencari cara, kita sibuk menimba kata.
Kau masih ingat berdoa?
Curup, 11.08.2020
zaldychan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H