Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Puisi: Aku dan Sepotong Kapur Tulis

Diperbarui: 21 Juni 2020   18:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrated by pixabay.com

Kepak sayap sepasang burung layang-layang, hadirkan riuh seisi ruangan. Tak lama, kemudian menghilang. Hanya memberi kabar, pagi telah datang.

Kulihat papan tulis kembali tertulis satu kata baru, dan satu kata lama.

Loteng baru

Dua kata itu, menyelinap di antara barisan kata-kata yang telah lama terlukis, di papan tulis. Tahun ajaran, siswa, cat, meja juga bangku, diakhiri kata baru. Selalu.

Seraut wajah terlihat di balik pintu. Sosok lelaki separuh baya berdiri kaku, tangannya memegang sapu, matanya mengitari ruangan yang sejak lama berdebu. Hanya sesaat, sosok itupun lenyap di balik pintu.

Sapu baru.
Penjaga sekolah baru.

Kapur tulis tersenyum menatapku. Kubalas senyuman itu tanda setuju.

Hingga sore, papan tulis nyaris penuh coretan kata baru. Lemari, kalender, rak sepatu, kunci pintu serta lampu masuk daftar terbaru.

Kapur tulis tersisa seujung kuku, saat kubaca dua tulisan pilu.

Guru baru
Kepala sekolah baru

Hari mulai gelap, ruangan itu kembali senyap. Tiba-tiba kapur tulis menoleh ke arahku, namun tatapan itu bukan tertuju untukku. Tapi pada sepasang potret diri, tempatku biasa bersembunyi.

Tak ada gerakan, dan tak ada tulisan. Aku tahu, tanpa lampu takkan ada kata baru.

Curup, 20. 06. 2020
zaldychan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline