Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

3 Pilihan Cara "Kehadiran" Tanpa Mudik

Diperbarui: 27 Maret 2021   09:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebijakan 14 hari karantina bagi yang nekat mudik Desa Kacangan Jawa Tengah (sumber gambar : https://regional.kompas.com/)

Tagline "Jangan Mudik Dulu", "Jika Sayang Keluarga, Tunda Dulu mudik", dua di antara beberapa himbauan yang tersebar luas di media massa dan media sosial.  Ajakan yang bertujuan 'pencegahan", terkadang dimaknai sebagai "larangan".

Bagi perantau, mudik atau pulang kampung merupakan ritual. Kegiatan itu bisa karena beberapa alasan atau momentum.

Pulang kampung karena ada pernikahan keluarga terdekat, atau karena ada anggota keluarga yang meninggal. Adalah alasan-alasan yang acapkali muncul ke permukaan. Hanya saja momentum mudik ini kasuistik.

Berbeda halnya dengan mudik lebaran yang satu tahun sekali. Siapa pun anak rantau, akan melakukan penjadualan waktu, pikiran, juga anggaran khusus agar bisa bertemu keluarga tercinta di kampung.

Apatah lagi mudik saat lebaran, tak hanya bermakna pertemuan secara fisik. Namun juga pelepasan kerinduan secara psikis.

Momen yang "Hilang" jika Tak Mudik

Bisa dibayangkan, pertemuan langka yang penuh haru dan urai air mata. Antara anak dan orangtua, menantu dan mertua, suami dan istri atau dengan tetangga dan sahabat yang lama tak bersua.

Tak hanya sekedar bertemu, bertukar salam dan bercengkerama. Momen ini juga untuk mendengar berita orang-orang yang telah tiada saat lagi di rantau, mendengar cerita terbaru tentang kampung halaman, atau kunjungan ke pemakaman orang-orang yang tercinta.

Hal itu juga, sebagai kesempatan untuk memuaskan kerinduan akan masakan khas kampung yang disajikan orangtua atau jajanan yang tak ditemukan selama di rantau. Atau mengulang dan mengenang tempat-tempat yang menimbun kenangan masa lalu. Iya, kan?

Juga, bukan rahasia lagi, terkadang kepulangan itu juga sebagai salah satu titik temu perjodohan atau malah acara perkawinan yang dirancang sejak jauh hari. Sehingga, alam bawah sadar setiap perantau mencatat suatu "keharusan" untuk mudik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline