Tak pernah mudah mengasuh anak, dan belum ada juga satu cara yang paling benar menjadi orangtua.
Kalimat itu, yang aku pegang teguh, usai diceramahi para tetua, saat baru menjadi orangtua. Apapun kondisi yang dihadapi, pola asuh akan berpengaruh pada karakter dan masa depan anak.
Butuh waktu lama memahami kalimat itu. Baru mengerti, saat lahir anak kedua dan ketiga. Ketika menemukan perbedaan kepribadian, daya tangkap serta perilaku masing-masing anak. Ahaay...
Kukira nyaris semua keluarga muda mengalami itu, kan?
Karena, tak mungkin ada "keseragaman" tindakan pada anak yang memiliki karakter berbeda, tah? Akhirnya "memaksa" para keluarga muda untuk mencari referensi pola asuh mana, yang cocok buat masing-masing anak.
Mulai dari meniru pola asuh orangtua dulu, curhat dan diskusi dengan saudara atau teman sejawat. Mencari tambahan dari berbagai sumber pengetahuan parenting yang tersaji, melalui video, tutorial atau beragam artikel dan tips menjadi orangtua.
Begitu juga aku. Banyak pola asuh yang aku coba terapkan. Seiring pertumbuhan usia dan perkembangan psikologis setiap anak-anakku. Terkadang, bereksperimen! Sing penting, anakku saat akan tidur dan bangun di pagi hari, masih tetap tersenyum. Hihi...
Karena dulu sempat beraktifitas di dunia pendidikan. Jadi aku terapkan saja berbagai metode edukasi dalam mengasuh anak. Salah satunya adalah mengadaptasi konsep pembelajaran SAVI.
Konsep SAVI adalah cara belajar yang berbasis aktivitas. Dan digabungkan menggunakan seluruh indera yang dapat berpengaruh besar dalam memahami materi ajar. Karena anak diajak aktif dan beraktifitas. Muaranya, proses belajar akan menyenangkan.
Ada 4 unsur yang menjadi sasaran dalam konsep SAVI. Aku tulis, ya?