"Yah! Soal nomor 7 sampai 10, belum dijelaskan ustadz!"
"Pusing, Pak! Ternyata orangtua lebih cerewet dari muridku!"
"Sepi! Sudah jam sepuluh, hanya ada satu penumpang, Bang!"
Ini tiga ungkapan pilihanku dari interaksi di hari kedua penerapan belajar online atau belajar di rumah. Sebagai antisipasi pandemi virus corona. Aku pribadi menyebutnya sebagai dampak "liburan" tanpa perencanaan.
Ungkapan pertama, dari anak gadisku. Saat pagi tadi membaca soal yang diberikan di WAG orangtua kelas 6. Cara yang dipilih, kukira tergantung "seberapa dekat" guru dengan teknologi informasi. Setidaknya ada tiga. Melalui narasi yang diketik biasa, mengirimkan foto dan melalui aplikasi.
Seperti hari pertama, belajar di rumah masih dimaknai dengan memberikan soal-soal latihan. Walau dibatasi maksimal 10 soal. Dan dikerjakan berdasarkan limit waktu tertentu. Kemudian hasilnya difoto dan dikirim ke guru mata pelajaran. jika satu hari ada 3 atau 4 mata pelajaran, maka semua akan begitu.
Bagaimana bila ada kasus seperti yang dialami anakku? Jika orangtua musti bekerja dan anak di rumah mengalami kesulitan seperti anakku? Pilihannya adalah belajar mandiri, bertanya dengan teman sekelas atau dengan guru, kan? Apakah solutif? Hiks...
Ungkapan kedua, dari teman-teman guru yang "curhat". Mulai dari siswa di rumah guru musti ke sekolah, hingga masih banyak guru yang gagap beradaptasi dan memahami konsep digital (virtual) dalam kegiatan belajar mengajar (Materi, penjelasan, evaluasi dan penilaian).
Saat merasakan itu, guru musti berhadapan dengan tekanan "atasan" tentang laporan jika sudah melakukan kegiatan tersebut setiap hari, plus menghadapi gelombang pertanyaan dari orangtua siswa yang merasa "harus lebih dulu mengerti" materi itu, sebelum diberikan kepada anaknya. Jadi, guru akhirnya juga mengajar orangtua.
Ungkapan ketiga. Dari temanku yang bekerja sebagai tukang ojek offline. Biasanya, setiap pagi ada 5 siswa yang diantar dan dijemput, dengan biaya 10 ribu setiap orang. Maka uang 50 ribu sudah pasti di tangan dalam satu hari. Pendapatan lainnya? Mencari penumpang acak di pangkalan.
Karena sistim harian. Maka dengan keadaan libur ini, pendapatan 50 ribu itu hilang. Ditambah lagi, isu itu membuat banyak orang menahan diri untuk keluar rumah. Aku membayangkan 12 hari lagi, keadaan itu musti dialami temanku yang memiliki istri dan dua orang anak.