Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Orangtua "Hamba" dan Anak "Raja Kecil"? Yuk Ubah Paradigma terhadap Anak!

Diperbarui: 6 Maret 2020   02:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peran orangtua dalam memberikan pendidikan pada anak tak akan mampu tergantikan, sekalipun telah dididik oleh lembaga pendidikan| Sumber: Freepik via Grid.id

Dunia pendidikan kembali menyita perhatian dengan peristiwa kekerasan yang terjadi. Salah satu di antaranya, berita viral kasus penganiayaan yang terjadi di salah satu SMA di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Apakah hanya karena sikap emosional pelaku?

Jika pemantiknya adalah masalah emosional hingga terjadi peristiwa kekerasan. Entah dilakukan oleh guru, siswa atau orangtua siswa. Agar peristiwa tersebut tak kembali hadir, siapa yang mampu menjadi guru emosi yang baik?

Ketika menyigi tentang pendidikan, semua pasti sepakat itu merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Tiga unsur utama tempat seorang anak dirawat, diasuh, dilindungi, dibimbing, dan dididik menjadi manusia.

Keluarga menjadi sekolah pertama bagi anak dengan orangtua sebagai guru utama. Masyarakat menjadi wadah awal anak berinteraksi dan bersosialisasi dengan dunia luar dan semua anggota masyarakat adalah guru bagi mereka.

Pemerintah melalui lembaga pendidikan (termasuk guru di dalamnya), idealnya menjadi media penghubung untuk keberlangsungan kemampuan anak agar mampu menjadi manusia yang berguna bagi keluarga dan masyarakat.

Fenomena (kekerasan di dunia pendidikan) tak hanya membuat miris, khawatir atau sekadar prihatin. Namun menimbulkan banyak pertanyaan yang bermuara pada kecurigaan daripada rasa ingin tahu. Apa atau siapa yang salah? Ke mana telunjuk musti diarahkan?

Illustrated by pixabay.com

Orangtua "Hamba" dan Anak sebagai "Raja Kecil"?
Beberapa penggiat parenting education menyatakan, keluarga dalam hal ini orangtua memiliki peran mendasar. Menjalankan fungsi mendidik, membimbing dan membina anaknya agar mampu memenuhi perannya sebagai manusia dewasa anggota masyarakat.

Kenapa begitu? Karena keterikatan anak dengan keluarga, sejak dari dalam kandungan hingga membina rumah tangga sendiri. Peran itu tak akan mampu tergantikan, sekalipun telah dididik oleh lembaga pendidikan formal maupun non formal.

Sikap dan pengasuhan orangtua, baik secara langsung atau tak langsung akan memengaruhi kemampuan pengendalian emosi anak. Pola asuh yang tepat tak hanya membuat anak memiliki kemampuan intelektual dan fisik semata, namun juga perkembangan emosi dan sosialnya.

Semua orang menginginkan kebahagiaan dalam keluarganya. Hubungan antara suami dan istri yang hangat, serta anak-anak yang tumbuh besar sesuai harapan dan keinginan orangtua.

Namun tak sedikit juga mengalami hubungan "tak harmonis" antara orangtua dan anak. Tentang perbedaan keinginan antara orangtua dan anak, waktu yang banyak tergerus untuk pemenuhan kebutuhan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline