Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Puisi | Menunggu Perjalanan Waktu

Diperbarui: 29 Februari 2020   05:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrated by pixabay.com

Entahlah!
Mungkin aku akan membunuh pagi. Seperti cahaya mentari yang melenyapkan butiran embun di kelopak melati.

Hingga tak ada kegiatan terjaga dari tidur, kembali dan berulang kali merapikan kasur, menimba dan manyapu wajah kusam di sumur, atau sekedar menjerang air untuk secangkir kopi di dapur.

Entahlah!
Mungkin akupun akan merajah matahari. Seperti para pemecah batu yang menyimpan bisu pada pukulan-pukulan peredam pilu.

Kemudian membagikan serpihannya pada orang-orang yang merajut sepi. Agar mereka memiliki cahaya abadi di dalam hati. Bahwa mereka tak sendiri, atau setidaknya mereka tak tenggelam dalam sunyi.

Dan,
Jika tak ada pagi, pun tak lagi pernah ada mentari merajai hari. Aku akan mengurung senja dalam mimpi.

Biar tak tenoda kegelapan malam, yang sentiasa bersiap menikam. Ketika ruang-ruang paling rahasia, mengurai kembali sandiwara jiwa yang pernah tercipta.

Mungkin aku adalah kau, yang lelah menunggu perjalanan waktu.

Curup, 29. 02. 2020
zaldychan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline