Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Puisi | Hujan dan Penjara Suci Kesepian

Diperbarui: 9 Februari 2020   06:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrated by pixabay.com

I/.
Langit malam tak hanya melontarkan butiran hujan, dan melenyapkan bias jingga di saat senja. Namun juga membiarkan ribuan aksara berjatuhan, gagu membujuk rindu merangkai kata.

Aku ingin mengabaikan lalu lalang orang-orang, dengan pemandangan wajah-wajah kedinginan.

Kau di mana?

II/.
Orang-orang sibuk melindungi ruang-ruang sepi yang terbiar sunyi. Menemani rencana yang harus terhenti, dan perlahan hanyut bersama kenangan.

Tak lagi peduli berdesakan di sudut sempit, kepulan asap rokok, pengap mobil, sesak rumah, panas bus, riuh kafe, dan kebekuan tempat parkir.

Aku pun ingin tak peduli! Tapi tidak tentangmu.

Kau mengingatku?

III/.
Udara dingin merajam setiap pori-pori, merasuk senyap bak beliung melesap ke relung hati. Hujan tak menawarkan kebebasan angan menciptakan keinginan, tapi menjadi penjara paling suci bagi kesepian.

Orang-orang satu-persatu pergi menyisakan bisu. Aku mendekap hasrat yang mendesak untuk menyerap rindu, seperti membekap perih luka dari sisa sayatan sembilu.

 Kau mengerti?

IV/.
Penantian adalah pemakaman rahasia, yang menyimpan makna kehidupan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline