Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Puisi | Kutelan Tanya dalam Kubangan Lupa

Diperbarui: 3 Januari 2020   17:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrated by pixabay.com

"Aku..."

Kembali, waktu terpasung sunyi. Membiarkan hati mengembara, menjelajahi ruang-ruang luka. Tempat persemaian benih airmata. Saat ingin kudengar satu makna berwujud kata. Cinta.

Berkali dan selalu terhenti. Kau lebih memilih bening butiran airmata mewakili. Dan aku mengerti. Tak perlu menunggu jawabmu untukku.

Entah sampai bila, aku harus menyimpan tanya. Tentang rasa yang tak ingin terpenjara.

"Aku perempuan! Tak bisa..."

Bagimu, menyusun kata sesulit marakit tatanan bahasa. Menemukan anak-anak kalimat, hingga berhimpun dalam pelukan padu induk kalimat yang hangat.

Bagiku, menunggu jawabmu laksana merajah pelangi di kegelapan malam. Tak akan kutemukan, kecuali aroma diam. Dan terdiam.

Aku tak mengerti, berapa tinggi dinding yang menghalangi. Hingga untaian kata tercekat di tenggorokanmu. Seperti tak peduliku pada keinginan untuk memilikimu.

"Kau percaya, kan?"

Kurasakan kehangatan mengusir ruang hampa di dada. Mengusik debu-debu tanya di jiwa. Tak lagi ada suara menemani udara yang turut membisu. Hanya garis tipis senyummu, hadir menghentikan bulir mata air di matamu.

Kau memilih bersembunyi di antara semburat merah rautmu. Ketika wajahmu yang tertuduk memandang erat genggam jemariku.

Kau ingin kutelan tanya dalam kubangan lupa.

Curup. 03.01.2019
zaldychan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline