Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Puisi | Melukis Sunyi pada Sketsa Sepi

Diperbarui: 27 Desember 2019   15:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrated by pixabay.com

Dalam hening yang lelah, angan berjalan risau membujuk resah. Kurasakan debar inginmu yang tak mampu menipu rasa, sebagai saksi goresan aksara biru mengeja gagu sebuah nama.

Diammu bersembunyi dalam waktu, tapi tidak inginmu.

Ketika tangis dan tawa tergerus riak cara di tepi jurang kepastian. Ketika rasa dan asa terkikis hempasan masa di lembah penyesalan. Airmata adalah satu-satunya pilihan, membasuh jejak-jejak kehilangan.

Tak ada kepedihan jemu, selain penantian tunggu.

Manik matamu mencari pecahan-pecahan sukma sebagai pijakan. Merajah segala alasan-alasan, untuk menemukan satu jawaban. Kau dan aku melukis sunyi, pada sketsa sepi

Riuh butiran hujan, diam-diam mengajak pergi pertanyaan. Menghanyutkan genangan jawaban dalam kabut keinginan.

Kau masih menunggu ibu?

Curup, 27.12.2019
zaldychan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline