Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Puisi | Kabut di Cakrawala Sepi

Diperbarui: 26 Oktober 2019   16:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrated by pixabay.com/plukje

Sejauh matahari pergi, esok hari pasti kembali. Bersama pagi datang bertamu, menyapa puncak Bukit Kaba yang membiru, mengelus lebar dedaunan tembakau, dan pucuk-pucuk teh yang terhampar menghijau.

Kau terjebak di sini. Sendiri.

Aku masih menggenggam garis-garis senyuman yang mampu menenangkan risau hati, dari hantaman badai terik matahari. Aku pun masih menyimpan derai tawa yang meneduhkan jiwa, dari gigil butiran hujan yang dipenuhi kabut di cakrawala.

Aku di sini. Bersama sepi. Memeluk erat aroma kelopak mawar merah, yang tergeletak di tanah rekah. Di antara susunan dahan-dahan kamboja yang layu, lelah menanti kemarau berlalu.

Aku bukan lagi matahari. Kau tahu?

Curup, 26.10.2019
zaldychan




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline