Aku terima sepucuk surat bersampul biru muda, pada kedua sisinya tertera dua nama. Milikmu juga aku. Dulu.
Seperti kawanan lebah yang terburu meracik madu agar bebas menjumpai ratu. Akupun terbata mengeja untaian aksara, yang kukuh kau lindungi sebagai rahasia. Bahkan paling rahasia.
Seketika kuracik ramuan kata bermakna asa, agar menjadi pembungkus jiwa. Kusimpan jubah pujangga, agar tak lagi tergantung di balik pintu asa. Tapi di hati, tanpa janji.
hingga detak-detik waktu menelusuri pertikaian lupa.
Kau dan aku tak lagi mampu menjadi jarum dan benang rasa. Menjahit ulang luka yang terbiar menganga.
Curup, 19.10.2019
zaldychan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H