Kureguk kopi. Kepulan asap rokokku, ramaikan beranda. Kau diam menunggu. Matamu jelajahi gerikku.
Aku tahu. Tanpa ikatan apapun, antara kau dan aku. Hadirmu di kampung bersama Amak. Jadi pertanyaan tanpa jawaban bagi orang-orang di kampung. Juga untukmu. Aku mengerti khawatirmu juga ketakutanmu.
"Nunik diajak, kan?"
"Iya!"
"Tahu kenapa?"
"Gak!"
"Mas juga!"
"Nik serius, Mas! Orang di kampung..."
"Seperti polisi? Banyak tanya, kan?"
"Nik merasa..."
Ucapanmu berhenti. Kau anggukkan kepala. Aku tersenyum. Kau tidak. Matamu lurus menatapku.