Kukira, limabelas menit aku menunggumu. Bis kampus berhenti sesaat, dan kembali bergerak. Kau sudah berdiri di tepi jalan. Kedua tanganmu penuh bawaan. Lalulintas jalan Andalas pagi itu ramai.
Bergegas kuseberangi jalan. Kuraih kantong plastik di tanganmu. Tangan kananku memegang tangan kirimu. Kuangkat tangan kiri, memaksa kendaraan bergerak lambat. Wajahmu cemas, seusai seberangi jalan.
"Kenapa gak nyebrang?"
"Nik takut!"
"Mau sepi? Nunggu malam!"
"Iiih..."
Cubitmu sudah hadir sepagi itu. Aku berdiri di hadapmu. Menatapmu. Kau tertunduk menenangkan diri. Entahlah! Sejak dulu, aku suka cara berpakaianmu. Simpel. Tak banyak pernik. Kau jengah saat kupandang.
"Jangan lihat Nunik seperti itu!"
"Lah? Kan punya mata!"
"Mamas!"
Kau segera memulai langkah. Aku melangkah pelan di sisimu. Berdua, telusuri gang masjid. Kukira suasana hatimu sedang baik. Saat itu, wajahmu penuh senyum.