menyembunyikan satu kebenaran, seperti memandang butiran embun, yang tergantung genting di ujung dedaunan. mesti menerima kenyataan, jika suatu saat butiran embun harus berjatuhan. atau, embun bertahan melawan gravitasi semesta, agar sentiasa keindahan mata terus terjaga.
menjaga satu kebenaran, terkadang membutuhkan imajinasi hasil bermeditasi, atau sekedar halusinasi yang berasal dari secangkir kopi. hingga mampu menemukan cara yang paling presisi, untuk memaknai kebenaran dengan selarik senyuman yang penuh misteri.
misteri satu kebenaran, mungkin saja berawal dari pengakuan-pengakuan yang paling dangkal. atau, di persimpangan jalan terjal, yang tersendat pada keterpaksaan nan majal. ketika nalar tertelungkup pada kematian dini, kebenaran kembali bersembunyi pada kesunyian abadi.
jika lorong-lorong jiwa, dipenuhi selongsong api curiga. kebenaran menanti hati, tak butuh lagi ditemani.
Curup, 30.07.2019
zaldychan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H