Tak mudah merengkuh asa. Kau juga aku tahu itu. Kata percaya jadi senjata. Bak pisau bermata dua. Menguatkan atau menghancurkan. Bagiku, kau tak lagi butuh kata cinta yang nirmakna. Kau ingin dengar kata bermakna rasa. Agar wujudkan asa.
Kau pun tahu. Aku takkan paksa diri, seperti inginmu. Aku tetap aku. Dan kubiarkan, kau tetap dirimu. Takkan ku ubah itu. Karena aku percaya. Jika rasamu sepertiku, dan asamu adalah bersatu. Kau takkan lukai itu.
Sejak tadi. Tangismu terhenti. Kau hanyut dalam diam. Memainkan ujung jilbabmu.
"Nik..."
"Hah?"
"Pergi, yuk?"
"Kemana?"
"Belum tahu..."
"Kok?"
"Biar tempat nangis Nunik berganti!"
"Iiih!"