Kureguk kopi. Kunyalakan rokok. Sejak tadi, kau betah dalam diam. Segelas teh hangat di hadapmu tak kau sentuh. Itu caramu, jika tak selesai inginmu. Kau menatapku. Kuraih gelas teh milikmu kucicipi. Aku tersenyum.
"Mas tahu!"
"Hah?"
"Kenapa Nik belum minum!"
"Apa?"
"Khawatir tambah manis, kan?"
Aku tertawa. Kau tidak. Kugaruk kepala, merasa gagal. Sekilas senyummu hadir. Dan aku tahu, kau berusaha bertahan berlaku kaku begitu. Kugeser kursi ke hadapmu. Kutatap wajahmu.
"Nik mau tanya tentang PH?"
"Nik udah tahu!"
"Eh? Tahu dari mana?"
"Pendamping Hidup, kan?"