Lihat ke Halaman Asli

zaldy chan

TERVERIFIKASI

ASN (Apapun Sing penting Nulis)

Dari "Segenggam Beras" hingga "Generasi Simpel"

Diperbarui: 11 Mei 2019   23:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrated by pixabay.com

Mendapatkan uang seperti menggali dengan jarum. Menghabiskan uang seperti air meresap ke pasir. (Anonim)

Seberapa besar pun penghasilan, ternyata masih ada saja kekurangan uang di akhir bulan. Jadi, masalah utamanya bukan terletak pada betapa besarnya penghasilan, tetapi seberapa pandai mengaturnya. Mengatur keuangan terlihat sangat sulit dilakukan, apalagi ketika sudah berkeluarga.

Nah, Apatah lagi Saat Ramadhan dan menyambut Lebaran. Sesiapapun akan akan riweh mengelola keuangan yang pas-pasan.  Jikapun mendapatkan Tunjangan Hari Raya (THR), malah maknanya acap kali tertukar dengan Tekanan Hari Raya atau Terkejut Hari Raya. Ahaaay!

Dan, Tenyata butuh ketangkasan lebih dalam mengelola dan mengatur keuangan itu, Tak semudah diujarkan, tah? Pada artikel ini, kucoba tulis "perjuangan" di mata seorang ayah sebagai kepala sekolah dalah keluarga, ya?

Illustrated by pixabay.com

Belajar Rumus "Segenggam Beras" dari Amak

Amak adalah panggilan untuk Ibuku. Sejak aku masih kecil hingga kini. Telah menerapkan rumus "Segenggam beras". Rumus tradisional yang Amak sendiri pun tak tahu asal danawal rumus itu. Yaitu setiap kali akan menanak nasi, Beliau menyisihkan segenggam beras, untuk disimpai di wadah terpisah (berupa kaleng berkas roti). Jika sehari tiga lagi menanak nasi, maka akan ada tiga genggam beras yang tersimpan.

Tradisional, ya? Dampak dari kebiasaan itu, Amak tak pernah panik atau kewalahan bila kekurangan stok beras yang harus dimasak pada hari itu. Beliau tinggal menggunakan "tabungan" segenggam beras tersebut, jika persediaan beras habis. Tujuan dan manfaat rumus sengenggam beras itu jelas. Sebagai cadangan dan antisipasi. Konsep itu "tertular" pada semua anak beliau.

Illustrated by pixabay.com

Adaptasi  di Keluarga
Aku pribadi tak mungkin lakukan rumus itu, kan? karena itu wilayah Ibu rumah tangga. Maka kebiasaan itu diadaptasi dalam pengelolaan penghasilan. Agar dari awal bulan hingga di penghujung bulan masih bisa tersenyum jika disapa tetangga kiri kanan. Haha..

Pertama, Buat Perencanaan Matang. Tak perlu ruwet, hanya menginventarisir pemasukan dan pengeluaran. Catatan bagiku, di kolom pemasukan jangan sekali-kali memasukkan Asumsi pendapatan, bakal jadi bumerang! Musti ditulis angka real yang benar-benar pemasukan rutin.

Pada dana pengeluaran, berdasarkan prioritas. Seperti pengeluaran rutin (Kebutuhan Rumah tangga, biaya Listrik, Air, Biaya sekolah dan jajan anak, Transportasi), pengeluaran tak terduga (Sumbangan, hadiri undangan,dan lain-lain).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline